Otoritas keamanan Mesir pada Selasa kemarin telah melepaskan seorang blogger yang merupakan aktivis sebuah kelompok protes anti pemerintah, sehari setelah ia ditahan di rumahnya, kata seorang pejabat keamanan dan aktivis HAM.
Secara terpisah, pemerintah Mesir menahan 15 anggota kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin pada Selasa kemarin karena di klaim mereka mereka memiliki literatur ‘ilegal’ anti pemerintah.
Para blogger dan aktivis HAM mengatakan agen keamanan telah menangkap Rami al-Sweisy seorang anggota kelompok ‘Pemuda April Keenam’ berikut dengan komputer, telpon seluler dan dompetnya. Walau kemudian dilepaskan kembali oleh pihak keamanan.
Ini adalah ketiga kalinya penahanan aktivis blogger yang dilakukan aparat keamanan Mesir dalam waktu kurang dari satu bulan menjelang seruan gerakan untuk hari protes nasional pada 6 April nanti, sebuah peringatan terjadinya bentrokan antara polisi dan pekerja di pabrik tekstil Nile Delta pada tahun 2008.
Pihak berwenang Mesir telah meningkatkan taktik untuk melawan para aktivis blogger dan web dalam beberapa bulan ini sejak pemerintah membebaskan Ayman Nour seorang politikus oposisi yang sangat menonjol kritikannya terhadap pemerintah.
Bulan lalu, pihak keamanan menahan aktivis Mesir-Jerman bernama Philip Rizk dan seorang blogger bernama Diaa Eddin Gad yang telah mengkampanyekan persoalan masyarakat Palestina di jalur Gaza. Rizk sendiri telah dibebaskan setelah aktivis internasional menyerukan pembebasannya.
Sedangkan Gad sampai sekarang tidak diketahui nasibnya. Kelompok aktivis HAM internasional mengatakan ada kemungkinan dia ditangkap dan mengalami penyiksaan.
Kelompok ‘Pemuda April Keenam’ telah mentransformasikan gerakan mereka menjadi lebih umum dalam menentang pemerintah, merekrut anggota baru lewat situs jejaring sosial seperti Facebook, yang kemudian bersama-sama membentuk forum untuk mengkritik pemerintah Mesir.
Pemerintah Mesir telah menghadapi meningkatnya kemarahan masyarakat akibat penolakan Mesir untuk membuka blokade jalur Gaza, terutama sejak Israel melakukan agresi ke Gaza pada Januari lalu.(fq/reu)