Pejabat dari Mesir, Arab Saudi, Turki dan Iran bertemu di Kairo pada Senin kemarin (10/9) untuk membahas krisis Suriah, tetapi analis mengatakan kekuatan regional ini tidak mungkin untuk menyetujui langkah-langkah nyata dalam soal Suriah.
Iran adalah sekutu setia Presiden Suriah Bashar Assad, yang memerangi pemberontakan terhadap pemerintahannya, sementara tiga negara lainnya telah menyerukan Assad untuk mundur dari kekuasaannya.
Arab Saudi yang Sunni dan Syiah Iran telah berebut pengaruh dalam beberapa tahun terakhir dalam konflik sektarian di Timur Tengah. Teheran menuduh negara-negara regional seperti Arab Saudi dan Turki membantu pemberontak Suriah berjuang untuk menggulingkan Assad.
Menteri Luar Negeri Mesir Muhammad Kamil Amr mengatakan pertemuan kuartet, di bawah inisiatif yang diusulkan oleh Mesir, mengumpulkan para pejabat senior Kementerian Luar Negeri dari empat negara untuk mempersiapkan pembicaraan yang lebih tinggi.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan Kairo akan mencari kesepakatan mengenai beberapa titik, termasuk menghentikan kekerasan, memastikan kesatuan teritorial Suriah, menolak setiap intervensi militer asing dan meluncurkan proses politik untuk mewujudkan aspirasi rakyat Suriah untuk kebebasan dan martabat.
Ditanya mengapa Mesir tidak menyerukan untuk mengisolasi Assad, Amr mengatakan: “Kami masih pada tahap awal. Kementerian Luar Negeri meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan tindakan. Pada akhirnya kami ingin kepentingan rakyat Suriah terealisasi dan mencegah terjadinya pertumpahan darah.”(fq/reu)