Aparat Mesir menghalang-halangi konvoi kelompok oposisi Mesir yang akan ke Jalur Ghaza, untuk menggelar protes atas blokade Israel terhadap wilayah itu.
Rombongan konvoi pertama yang terdiri dari 50 hakim, anggota parlemen dari faksi independen, sejumlah anggota Ikhwanul Muslimin dan aktivis beberapa partai di Mesir, dicegat oleh aparat Mesir ketika sampai di kota Ismailiya yang terletak sekitar 45 kilometer dari Rafah, satu-satunya perbatasan Palestina yang tidak berada di bawah kontrol Israel.
Sumber di keamanan Mesir yang tidak mau disebut namanya mengatakan, otoritas berwenang Mesir juga melakukan pemeriksaan di ferri-ferri penyeberangan Terusan Suez yang menuju ke Semenanjung Sinai.
Anggota parlemen dari Ikhwanul Muslimin, Hamdi Hassan yang ikut dalam rombongan pertama mengatakan, "Kami ingin blokade Israel, yang membuat saudara-saudara kami di Palestina berada dalam kondisi yang tidak manusiawi, dicabut."
"Kami juga mengecam pemerintah Mesir yang tetap menutup perbatasan Rafah karena kesepakatannya dengan Israel. Penutupan perbatasan ini membuat hidup rakyat Palestina makin sulit, " sambungnya.
Selain itu, kata Hassan, pemerintah Mesir juga tega-teganya menghancurkan lorong-lorong yang dibuat warga Ghaza dan menjadi satu-satunya jalan bagi mereka untuk mendapatkan bantuan dari luar.
Pemerintah Mesir menolak untuk membuka perbatasan Rafah secara permanen dan hanya sesekali saja membuka perbatasan itu. Selama bulan Ramadhan, baru sekali Mesir membuka perbatasan Rafah dan yang boleh melewati perbatasan juga terbatas hanya warga Palestina yang membutuhkan perawatan kesehatan di rumah sakit dan warga Palestina yang memegang paspor Mesir.
Meski dihalang-halangi, konvoi rombongan kedua aksi protes terhadap blokade Israel di Jalur Ghaza, tetap berangkat sore harinya. (ln/iol/arb)