Mesir "Blacklist" Lieberman

Presiden Mesir Husni Mubarak menyatakan menolak bicara dan bertemu dengan Menlu Israel, Avigdor Lieberman. Dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel, Mubarak menyatakan dirinya bersedia berdialog dengan Netanyahu tapi tidak pada Lieberman, karena Lieberman telah "menyerang" Mesir.

"Publik tidak bisa menerima dia (Lieberman) karena dia menyatakan akan menyerang Sinai. Itu artinya menyerang kami. Tuduhan itu masih melekat di publik Mesir. Bagaimana dia bisa mengatakan akan menghancurkan bendungan Sinai," kata Mubarak dalam wawancara itu seperti dikutip kantor berita Mesir, MENA.

Lieberman yang dikenal anti-Arab memang pernah menyerukan agar Israel menghancurkan bendungan Aswan di Sinai. Ia juga mengatakan "go to hell" pada Mubarak, jika Mubarak menolak berkunjung ke negara Yahudi, Israel.

Pernyataan Lieberman membuat para pejabat pemerintahan Mesir berang. Bukan hanya Presiden Mubarak, Menlu Mesir Abul Gheit menyatakan tidak mau berjabat tangan dengan Lieberman. Meski demikian, beberapa minggu terakhir tersiar kabar bahwa Mesir menyampaikan undangan formal pada Lieberman untuk berkunjung ke Mesir, tapi kabar itu dibantah oleh pemerintah Mesir.

Dalam wawancara dengan televisi Israel, Mubarak mengkritik mantan Presiden AS George W. Bush yang dianggapnya gagal dalam menyelesaikan masalah Palestina selama delapan tahun berkuasa di AS. Menurutnya, Bush berbeda dengan Presiden Obama.

"Obama orang yang tegas dan rasional, dia bertindak setelah mendengar masukan dari para penasehatnya dan dari negera-negara yang menjalin hubungan dengan AS," puji Mubarak.

Ia mengatakan, untuk mengambil keputusan di kawasan Timur Tengah, semua pihak harus mendengarkan apa keinginan dari negara-negara di kawasan. "Anda harus mendengarkan Israel, Palestina, Mesir, Saudi, negara-negara Teluk dan negara-negara lain yang terkait dengan masalah kawasan," tukas Mubarak. (ln/aby)