Keinginan Paus Benediktus XVI untuk memperbaiki hubungannya dengan umat Islam nampaknya masih harus diuji, lewat draft ‘final’ naskah pidato yang disampaikannya di Jerman beberapa waktu lalu, yang mengundang kecaman dan protes dari umat Islam.
Kepausan Kairo, Mesir menyatakan bahwa Paus kini sedang menyelesaikan versi ‘final’ pidatonya itu seperti disampaikan Michael Fitzgerald dari kepausan Mesir pada Imam Besar Al-Azhar Syeikh Muhammad Sayyid Tantawi dalam pertemuan pada Rabu (4/10) malam.
Seorang sumber yang mengetahui jalannya pertemuan itu mengatakan, menurut Fitzgerald, dalam naskah final pidato itu disertakan catatan-catatan kaki sebagai komentar dari pernyataan-pernyataan anti Islam yang terdapat dalam naskah pidato sebelumnya.
Seperti diketahui, Paus Benediktus menuai kecaman keras setelah ia mengutip pernyataan Kaisar Bizantium pada abad ke-14, Manuel II Palaeologus yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah kejahatan dan tidak berperikemanusiaan, misalnya, perintahnya untuk menyebarkan keyakinannya dengan pedang.
Paus menyesalkan reaksi umat Islam atas isi ceramahnya itu dan menilainya sebagai sebuah kesalahpahaman yang tidak perlu terjadi. Kutipan itu, kata Paus, tidak merefleksikan pendapat pribadinya.
Namun sejumlah pemuka Islam terkemuka seperti Yusuf Qardhawi dan Imam besar masjid Al-Azhar tidak puas dengan ungkapan penyesalan Paus dan menuntut Paus untuk minta maaf serta menarik kutipannya tersebut. Hal serupa juga dilakukan oleh sekitar 56 menteri luar negeri dari dunia Islam yang menyampaikan keberatannya langsung pada Vatikan.
Persatuan Cendikiawan Muslim seluruh dunia (IUMS) yang berbasis di Dublin, bahkan menyatakan mundur dari dialog antar umat beragama dengan Vatikan dan membatalkan pertemuan tingkat tinggi Islam-Kristen yang rencananya akan digelar bulan November atau Desember mendatang sebagai bentuk protes.
Fitzgerald mengatakan, pejabat Vatikan bidang hubungan luar negeri akan segera berkunjung ke Kairo untuk bertemu dengan para pemimpin Al-Azhar guna meredam krisis yang terjadi. Kepausan Kairo menyarankan Al-Azhar untuk membuat sanggahan atas pernyataan Kaisar Bizantin yang dikutip Paus dan menawarkan pada Syeikh Tantawi untuk memberikan ceramah di universitas Gereja Katolik tentang Islam.
Tapi Syeikh Tantawi melihat tawaran itu sebagai upaya untuk menunda-nunda permintaan maaf Paus seperti yang dituntut umat Islam. Ia tetap meminta Paus menarik pernyataannya tentang Islam. Setelah itu, ia baru bersedia berdialog dengan Vatikan.
Sejauh ini, belum diketahui bagaimana isi pidato Paus versi ‘final’ dan catatan-catatan kaki Paus atas pernyataan-pernyataan anti Islam, seperti yang diungkapkan Kepausan Mesir. (ln/iol)