Bila melihat sejarah ke masa lalu, pasca perang dingin, di mana peranan global AS mulai surut, maka nampak perubahan-perubahan besar dalam tata hubungan masyarakat dunia. Pasca perang dingin yang lalu, kini memunculkan tokoh-tokoh baru, yang membawa pengaruh baru dalam kehidupan.
Menurut majalah Foriegn Policy, Menlu Turki, Ahmet Davutoglu, menempati urutan ke 7, diantara 100 pemikir paling terkemuka dunia. Posisi pertama diduduki oleh Warren Buffet, urutan kedua pemilik Microssof, Bill Gate, dan urutan ketiga, Presiden AS, Barak Obama.
Davutoglu, dinilai sebagai pemikir paling terkemuka di 2010 ini, yang memberikan kontribusi bagi kebangkitan global (dunia). Ia merupakan seorang akademisi, pemikir, yang merupakan tokoh terkemuka di Turki, dan dapat menempatkan posisi Turki secara geopolitik dengan tepat, khususnya sebagai negeri muslim yang menganut sistem sekuler, dan menjembatani Turki dengan Uni Eropa, wilayah Caucasus, Asia Tengah, serta Timur Tengah.
Ahmed Davutoglu, seorang pemikir yang pemikirannya sangat mendalam terkait dengan masalah-masalah strategis. Posisinya yang sekarang sebagai Menlu Turki, sungguh telah menciptakan sebuah tata hubungan internasional baru, khususnya dalam menjembatani negara-negara Muslim dengan Eropa dan Asia.
Pemikir raksasa dalam bidang politik dan diplomasi ini, bukan hanya meningkatkan peranan Turki dalam percaturan politik global, tetapi Davutoglu berhasil melakukan rekonsiliasi diantara faksi-faksi yang terlibat konflik di Irak. Menlu Turki ini berhasil melakukan diplomasi untuk pembangunan pipa gas yang membentang dari Caucasu dengan dunia Arab serta Uni Eropa.
Tokoh ini mempunyai keinginan kuat (ambisi), ingin membuat kebijakan yang akan mengakhiri segala perbedaan dengan negara tetangganya (zero problems with neighbors). Dibawah Ahmed Davotuglu, Turki ingin berperan untuk meningkatkan hubungan dengan seluruh negara yang ada di kawasan itu.
Memang tidak mudah. Di tengah-tengah berbagai friksi dan konflik politik dan keamanan di kawasan yang membentang luas antara Turki, Caucasus, Asia Tengah, sampai ke Timur Tengah. Apalagi dengan sikap Israel yang ingin melakukan deteren terhadap nuklir Iran, dan tidak mau menghentikan pembangunan pemukimannya di Tepi Barat dan Jerusalem, sehingga tidak memberikan peluang bagi perdamaian.
Ankara yang baru lebih independen. Meskipun Turki menjadi anggota Nato. Sesudah Israel melakukan serangan terhadap kapal Mavi Marmara, yang membawa delegasi kemanusiaan dari berbagai negara, yang ingin masuk ke Gaza, Davutoglu, menegaskan, bahwa tindakan Israel itu sama dengan serangan teroris yang terjadi pada 11 September 2001. Turki tak segan membangun hubungan dengan Iran, dan meredam AS agar tidak melakukan serangan militer terhadap Iran. Davotuglu menjabat erat Presiden Iran Ahmadinejad, di mana negara Barat seperti AS dan Uni Eropa menaruh kekawatiran yang mendalam.
Dunia telah mendapatkan seorang tokoh pemikir yang sangat brilian dari Turki, yang ikut serta dalam membangun kebangkitan global, di tengah-tengah suasana yang sangat skeptis saat sekarang ini. (m/fp)