Menlu AS Hallary Clinton Mengunjungi Tahrir Square

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, mengunjungi lapangan Tahrir Square, pada hari terakhir kunjungannya ke Mesir.

Ini merupakan kunjungan pertama pejabat tertinggi AS ke Mesir, sesudah perubahan politik, dan tersingkirnya rezim Hosni Mubarak, yang merupakan sekutu utama AS. Mubarak yang sudah berkuasa selama 32 tahun, dan digulingkan oleh sebuah gerakan "revolusi’ yang digalang oleh kaum oposisi.

Hallary mulai lawatannya ke Mesir, hari Rabu, dan bertemu dengan sejumlah pejabat Mesir yang baru. Diantaranya dengan Perdana Menteri Ashraf dan Ketua Dewan Militer Mesir, Marsekal Husien Tanthawi. Nampaknya Hallary Clinton memberikan apresiasi kepada pemerintah baru dan militer Mesir,yang dapat dengan cepat menciptakan situasi yang lebih tenang.

Pertemuan dengan pemerintahan transisi yang menggantikan Hosni Mubarak itu, diharapkan mampu menciptakan situasi yang lebih kondusif bagi masa depan Mesir, dan AS menginginkan terus berlangsungnya demokrasi, dan AS menjanjikan bantuan bagi Mesir, pasca "revolusi".

Mesir dengan penduduknya yang berjumlah 85 juta jiwa, dan posisinya sangat strategis itu, mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan stabilitas di Timur Tengah, dan Mesir mempunyai peranan yang sangat strategis membangun kembali Timur Tengah yang "baru", dan kepemiminan yang lebih terbuka dan demokratis, ujar Hallary.

Sementara Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf, mengatakan : "Saya sangat menantikan bantuan anda, dan dengan cara apapun dilakukan", ujarnya. Mesir memerlukan bantuan yang sangat mendesak untuk memulihkan kembali ekonomi yang porak-poranda akibat "revolusi", dan perubahan politik yang ada.

"Ada begitu banyak yang harus dilakukan oleh Mesri. Amerika Serikat siap membantu d untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita rakyat di Tahrir Square, dan ini sebuah realitas yang baru bagi Mesir", ujar Hallary.

Di Kairo, Hallary Clinton mendapat sambutan yang hangat di Tahrir Square, ujar koresponden Aljazeera.

Hallary mengatakan, "Saya senang berada di pusat di mana revolusi dimulai", ujarnya. Dan, Hallary yang melakukan kunjungan ke Kairo itu hanyalah memastikan bahwa segala tidak ada yang berubah, dan Mesir masih tetap menjadi sekutu utama AS. (mh/aljz)