“Setiap anak mungkin akan melakukan hal yang sama seperti Eva jika mereka berada di posisi yang serupa,” terang dr Rizal.
Tusmina, seorang ibu yang membawa Eva ke kamp pengungsi mengatakan, Eva masih belum bisa melupakan tragedi yang membuatnya jadi yatim-piatu. “Eva lolos dari maut karena saat tentara myanmar datang ke kampungnya, ia tengah berada di luar rumah,” ungkap Tusmina.
Saat itu, tentara melarang penghuni rumah ke luar, kemudian tentara menembaki rumah yang ada dan membakarnya. Eva yang ketakutan lari ke hutan dan bertemu dengan pengungsi lainnya, hingga akhirnya berhasil tiba di kamp pengungsian di Bangladesh.
Kini Eva sebatang kara, hanya Tusmina, perempuan satu kampung yang kini menemaninya di kamp pengungsian. Eva mencoba bertahan hidup bersama 250.000 pengungsi rohingya lainnya di Balukhali. Di kamp pengungsi yang beralaskan tanah, berdinding plastik, Eva adalah satu dari ribuan anak-anak Rohingya lainnya yang harus kehilangan orang tua dan sanak saudara.
Minggu siang itu (15/10), dr Riedha dan dr Rizal mencoba menjemput Eva dari Kamp Balukhali dan membawanya berkumpul bersama anak-anak lainnya di madrasah yang dikelola ACT.
Setiap hari Minggu, Tim Medis ACT secara rutin menggelar pelayanan khusus bagi anak-anak lewat kegiatan trauma healing. Membawa Eva berkumpul bersama anak-anak lainnya diharapkan bisa membantu pemulihan trauma bagi Eva.
Minggu itu (15/10) ada permainan Ram Tam Tam yang menunggu anak-anak tersebut. Tim medis ACT lantas mengajak mereka membuat suatu lingkaran. Berada di dalam lingkaran itu, tim lalu mulai menyanyikan lagu Ram Tam Tam sembari memperagakan gerakan tarian.
“Ram tam tam, guli..guli..guli,” teriak anak-anak Rohingya serempak. Tawa renyah mereka menyelingi kegiatan permainan tersebut. Bayangan horor kematian orang tua dan sanak saudara di kampung halaman mungkin terlupakan untuk sejenak.
Masih banyak yatim piatu Rohingya yang kini berada di Bangladesh. Seperti Eva, tak jarang dari mereka yang menghabiskan setiap harinya dalam lamunan. Meringkuk di tenda pengungsian, memutar ulang kejadian nahas yang menimpa kedua orang tua serta sanak saudara mereka.
Insya Allah, kepedulian Masyarakat Indonesia yang terus mengalir hingga detik ini akan bermuara kepada mereka. Aksi Cepat Tanggap terus berikhtiar untuk membahagiakan mereka, para yatim piatu Rohingya, lewat berbagai program pemulihan pascakonflik.(kl/akt)
Penulis Elly Anisyah