Bagi Bosnia, nama Alija Izzetbegovic sangat berarti. Izzetbegovic adalah Presiden Bosnia yang pertama, dipilih pada tahun 1990. Ia muncul sebagai pahlawan di tengah kecamuk perang antara Bosnia yang dibantai oleh Serbia. Dia tidak sekadar menjadi presiden, tetapi juga seorang aktivis, pengacara, pengarang, dan filosof.
Dua hari ini, Kosovo memperingati jasa-jasa Izzetbegovic. Sekitar 200 orang dari berbagai kalangan akademik dan intelektual mendiskusikan kiprah Izzetbegovic dalam sebuah seminar. Para pesertanya berasal dari Turki, Kosovo, dan Bosnia and Maccedonia, dan diselenggarakan di Pristine Grand Hotel. Acara ini sebagai peringatan tahun kelima sejak Izzetbegovic wafat pada tahun 2003 silam. Penyelenggaranya adalah Turkey Cooperation and Development Management (TIKA) dan AKEA Culture and Education Foundation.
Menurut Kursat Mahmat, perwakilan TIKA, Izzetbegovic telah meletakan dasar-dasar pemikiran yang luar biasa untuk osova dan negara-negara Balkan sekarang. "Untuk itu rakyat Balkan harus mengetahui siapa Izzetbegovic sebenarnya." ujar Mahmat.
Profil Alija Izzetbegovic
Alija merupakan tokoh pejuang muslim dan menjadi terkenal saat memimpin perjuangan muslim Bosnia dari agresi Serbia tahun 1992-1995. Lahir pada tahun 1925 di kota kecil Bosansky Samac, dan kemudian menempuh pendidikan di Balkan Research Center, hingga lulus di fakultas hukum. Pada umur 16 tahun terlibat Organisasi Pemuda Muslim di Sarajevo, sebuah organisasi sayap gerakan Ikhwanul Muslimin di Balkan. Selama PD II, gerakan itu menjadi bagian dari gerakan Islam militan di kawasan Eropa di bawah pimpinan Imam Mehmed Hendzvic.
Pada masa pemerintahan Presiden Yugoslavia, Joseph Broz Tito, Izzetbegovic ditangkap karena keterlibatannya dalam penerbitan Jurnal Islam, Al Mujahid. Sejak itu, penjara menjadi bagian hidupnya selama rezim komunisme menguasai tanah Balkan. Dari balik penjara, ia tetap menulis artikel untuk jurnal Islam Takvim, GVIS, dll.
Setelah rezim komunis runtuh, Alija mendirikan Partai Stranke Demokratske Akcije (Partai Gerakan Demokrasi), sebuah partai Islam bercirikan Ikhwanul Muslimin. Proses ini mengantarkannya menduduki jabatan presiden Bosnia Herzegovina. Semasa pemerintahannya inilah, ia menghadapi masa-masa sulit berperang melawan arogansi pasukan Serbia.
Melalui kedekatannya dengan aktivitas gerakan Islam, ia mendapat bantuan yang sangat besar dari umat Islam sedunia dalam melawan Serbia. Ia bahkan menolak seruan NATO untuk berdamai dengan Serbia dan justru mendatangi OKI meminta bantuan senjata untuk melawan Serbia. Bagi dia, jika NATO tidak mau menghentikan laju pasukan Serbia yang membantai 2 juta umat Islam di kawasan Balkan, maka dia meminta NATO tidak menghalanginya mencari senjata dan mujahid dari dunia Islam. Ia akan melawan sendiri Serbia. Sebuah sikap yang berbeda ditunjukkan NATO ketika Serbia menyerbu Kosovo, dimana negara induknya yaitu Albania merupakan negara yang sangat pro-barat.
Alija berhasil mengusir pasukan Serbia dan ikut berperan aktif menyeret Slobodan Milosevic ke Mahkamah Internasional. Dalam waktu singkat, Alija juga berhasil mengembalikan Bosnia ke keadaan normal keluar dari trauma perang bosnia.
Dalam kunjungannya ke Turki pasca perang, Alija menolak berziarah ke makam Kamal Attaturk. Padahal kunjungan ke makam Kamal Attaturk merupakan sebuah rangkaian protokoler kenegaraan Turki menyambut pemimpin negara lain. Dalam sejarah Turki, hanya dua pemimpin negara yang berani menolak berziarah ke makam Kamal Attaturk yaitu Ayatullah Khomeini dan Alija Izetbegovic.
(sa/wb/berbagaisumber)