“Saya ini pelaku bom syahid.. saya ini pelaku bom syahid…” Seperti ini kalimat yang selalu keluar dari lisan Hajah Fathimah Najjar (57) setiap kali ada orang yang mengajaknya untuk diam di rumah dan tidak terlibat dalam aksi perlawanan terhadap penjajah Israel. Sejumlah orang, mengkhawatirkan kondisinya yang sudah tua, jika harus terlibat dalam aksi perlawanan.
Fathimah, adalah seorang ibu sekaligus nenek bagi 20 orang anak dan cucu. Dia memang pelaku bom syahid yang terjadi pekan lalu di antara unit tentara militer, di sisi Timur Jabaliya, Utara Ghaza. Usai aksi syahid dilakukan, keluarganya membagi-bagikan kue dan permen kepada tetangganya, sebagai rasa syukur atas suksesnya aksi syahid yang dilakukan ibu sekaligus nenek mereka.
Ahmad, cucu paling kecil dari Hajah Fatimah mengatakan, “Nenek berpesan kepada saya, jika saya syahid mintalah kepada ayahmu uang dan belikan makanan dan permen untuk dibagi kepada teman-temanmu dan anak-anak kecil.”
Fatimah meledakkan diri bersama bom di tubuhnya pada hari Kamis (23/11) di tengah tentara patroli Israel hingga menyebabkan sejumlah tentara tewas dan lainnya terluka. Menurut juru bicara Batalyon Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, aksi peledakan itu terjadi di dekat rumah salah satu pimpinan wanita Hamas bernamah Jamelah Syanthe. Fathimah Najjar sebagai pelaku peledakan itu, menurut Al-Qassam, adalah perempuan paling tua di antara pelaku bom syahid perempuan di Palestina. Tapi menurut keluarganya, hal itu tidaklah aneh karena selama ini, Fathimah terlihat sangat intens terlibat dalam banyak aktifitas pembelaan Palestina meski usianya yang sudah tua.
Sanaa, salah satu keponakannya mengatakan bahwa Fathimah kerap menyebut, “Saya pelaku bom syahid.. saya pelaku bom syahid…” kepada kerabatnya saat berbincang-bincang. “Saya akan selalu ingat pesannya kepada saya, “Jika kamu ingin dipelihara Allah, maka hafalkanlah surat Al-Baqarah…”
Nahad, salah satu menantunya, mengatakan, Hajah Fathimah selalu memikirkan tentang mati syahid. “Ia selalu berpikir tentang mati syahid dan mengatakan bahwa para pemuda yang melakukan aksi syahid belum tentu lebih baik dari dirinya, dan juga mengatakan suatu hari ia akan melakukan aksi syahid.” Hajah Fathimah, tambah Nahad, “Kerap menangis bila mendengar berita tentara Israel membunuh anak-anak Palestina, lalu ia mengatakan akan menuntut balas kepada Israel.”
Sementara Fathiya, puterinya yang paling besar mengatakan, “Jika kami memintanya untuk tidak banyak terlibat dalam perlawanan karena banyak pemuda yang telah menutupi kewajiban perlawanan, ia mengatakan, “Lalu kenapa kita duduk di rumah? Apakah kita punya kekurangan bila kita ikut menyumbang nyawa untuk membela negara?”
Fathimah Najjar, adalah seorang penghafal Al-Quran dan orang yang mencintai Al-Quran. “Ibuku penghafal Al-Quran dan sangat memperhatikan masalah hafalan Al-Quran kepada cucu-cucunya. Ia biasa duduk bersama mereka untuk mendengarkan kandungan Al-Quran. Ia juga memberi pengajaran kepada kaum perempuan yang belum bisa membaca Al-Quran dan membimbing hafalan Al-Quran,” ujar Fathiya.
Aksi bom syahid yang dilakukan Fathima, bukan pertaruhan nyawa pertama yang ia lakukan. Beberapa waktu sebelumnya, Fathima adalah perempuan pemberani yang berada di barisan paling depan saat ribuam Muslimah Beit Hanoun berupaya membuka blokade pasukan Israel saat mengepung masjid An Nashr tempat perlindungan mujahidin Al-Qassam. Fathiya mengatakan, “Ketika itu, kami beberapa kali menasihatinya untuk tidak terlalu mendekat ke pasukan Israel, karena ia sangat semangat sekali.” Pada masa sebelumnya, Fathimah bahkan pernah menjadi bagian dari rantai manusia untuk melindungi sebuah rumah yang akan dibuldoser oleh Israel.
Fathimah Najjar, adalah perempuan paling tua usianya di antara para pelaku bom syahid selama ini. Dalam daftar pelaku bom syahid perempuan, Fathimah adalah perempuan kesembilan yang melakukan proyek bom syahid terhadap penjajah Israel. Sebelum Fathimah, seorang perempuan Palestina bernama Mirfat Masud, juga berasal dari Jabaliya, melakukan aksi bom syahid hingga melukai sejumlah tentara Israel di Beit Hanoun. (na-str/iol)