Mengapa Lee Kuan Yew Mengundurkan Diri?

"Bapak Pendiri" Singapura Lee Kuan Yew mengundurkan diri. Lee menjadi orang yang sangat penting bagi negara Singapura. Karena, Lee telah mengubah Singapura menjadi negara yang kaya dan makmur di Asia Tenggara. Negeri kecil di teluk Johor-Malaysia itu, hidup rakyatnya dari sektor jasa. Tidak memiliki kekayaan alam apaun.

Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew berhasil mengarahkan sejarah negara kepulauan itu selama lebih dari setengah abad. Tapi, perlahan-lahan Singapura yang sudah lepas dari Malaysia itu, ingin lebih maju dan dipimpin generasi baru yang lebih dinamis. Lee yang sudah berumur 87 tahun dianggap sebagai "Bapak Pendiri" Singapura modern, dan sekarang posisinya digantikan oleh Goh Chok Tong, yang menggantikan Lee sebagai Perdana Menteri pada tahun 1990.

Lee Kuan Yew, bukan hanya menjadi pemimpin Singapura semata, tetapi pria yang keturunan Cina itu, sekaligus menjadi pemimpin regional organisasi "puak" Cina diperantauan, yang disebut, "Chinese Oversease" alias China Perantauan. Jumlahnya di seluruh kawasan Asean ini, tak kurang dari hampir 70 juta. Tetapi, para perantau Cina yang dipimpin Lee Kuan Yew itu, memiliki kekayaan yang pantastis, kekayaan mereka  setara dengan GDP China.

"Sudah waktunya untuk generasi muda meneruskan kepemimpinan Singapura dalam situasi yang lebih sulit dan kompleks," kata Menteri Lee dalam surat pengunduran dirinya 14 Mei yang lalu. Singapura lebih "kompleks", dan situasi itu dicerminkan dalam 7 pemilu Mein yang lalu. Dimana suara Partai PAP (People’s Action Party) yang didirikan Lee Kuan Yew mengalami penurunan suara ke level terendah 60,1%.

Selain itu, Lee telah memerintah Singapura sejak 1959, dan dengan pilar dukungan oleh PAP. Belum pernah terjadi sebelumnya kursi dimenangkan oleh oposisi Partai Buruh (WP) yang mendapatkan 87 kursi di perlremen. Inilah yang menjadi titik awal perubahan di Singapura. Dari total 14 kementerian, 11 akan diganti dengan menteri baru yang bertanggung jawab.

Selain Lee dan Goh, tiga menteri lainnya juga akan meninggalkan Kabinet. Sebagai hasil pemilihan yang lalu. Banyak analis yang berpendapat bahwa lanskap politik di negara Singapura itu telah berubah secara permanen.Ekonom Kit Wei Zheng dari Citigroup menulis bahwa kemampuan Partai Buruh (WP) untuk merebut konstituen utama seperti Aljunied, di mana Menteri Luar Negeri George Yeo kehilangan kursinya, akan menandai : "Awal evolusi menjadi sebuah sistem dual partai di Singapura untuk jangka panjang ", ujarnya.

Sedangkan Lee telah meninggalkan pemerintah, ia akan mempertahankan tempatnya di Parlemen Singapura, di mana ia telah duduk sejak tahun 1959, ketika ia terpilih untuk pertama kalinya sebagai Perdana Menteri. Sebagai pemimpin, Lee meluncurkan inisiatif tentang masa depan bangsa Singapura yang baru, dan ia hanya akan bertindak sebagai penjaga atau pengawas yang disiplin terhadap lingkungan hidup, seperti menanam pohon, pengumpulan sampah dan konservasi air.

Namun visi Lee peran Singapura dalam ekonomi global, dikombinasikan dengan perhatiannya terhadap detail, adalah akhirnya menjadi kunci keberhasilan negara pulau itu. Mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger pernah menulis: "Setiap prestasi besar adalah mimpi sebelum menjadi kenyataan, dan visi Lee adalah sebuah negara yang tidak akan hanya bertahan, tetapi menang dengan unggul."

keberanian Lee telah diuji sejak awal. Sebagian khawatir bahwa Singapura bisa terputus kebutuhan dari pasokan karet dan timah dari Malaysia, kemudian sebagian besar ekspor, ia mengarahkan Singapura melakukan penggabungan dengan Malaysia pada tahun 1963.

Serangkaian perbedaan kebijakan dengan Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman, Lee sambil menangis saat ia mengumumkan pernyataan di TV. Meskipun episode ini mungkin telah menggarisbawahi tekad Lee untuk mengurangi ketergantungan Singapura terhadap negara tetangganya dengan menjangkau dunia yang lebih luas untuk investasi dan perdagangan.

Pada saat Lee mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada tahun 1990 akan digantikan oleh Goh, Wakilnya Perdana Menteri pada waktu itu, Singapura membanggakan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan menjadi pusat manufaktur dan logistik untuk perusahaan multinasional seperti Hewlett-Packard, Seagate dan IBM .

Sekarang Singapura jauh lebih makmur dan stabil dibandingkan pada tahun 1959, ketika Lee pertama kali meraih kekuasaan. Perdana Menteri Lee Hsien Loong, putra tertua Lee, mengakui dalam sebuah konferensi pers sesudah pemilu bahwa banyak pemilih, "Mengharapkan pemerintah untuk mengadopsi gaya pendekatan yang berbeda."

Sejauh mana Singapura akan melepaskan atau mempertahankan warisan Lee masih belum jelas. Apa yang lebih jelas adalah Lee keluar dari Kabinet, ini menandai titik balik bagi sebuah negara yang takdirnya telah begitu kuat dibentuk oleh satu orang. (mh/tm)