Muhammad Nasser Al-Bur’i, bayi Palestina yang berumur lima bulan, tengah tertidur lelap di atas ranjang lusuh di dalam kamarnya. Ibundanya, Umi Nasser, baru saja keluar kamar untuk satu keperluan. Tiba-tiba bumi bergetar. Atap di atas kamar sebagian ambruk. Sebuah misil yang dijatuhkan pesawat tempur Zionis-Israel meledak tak jauh dari kamar tersebut.
Debu memenuhi kamar yang pengap itu. Bayi berusia lima bulan itu tidak bisa bernafas. Bibir mungilnya belum mampu berkata apa-apa. Nafasnya sesak. Lehernya tercekat udara kamar yang dipenuhi debu. Beberapa reruntuhan atap kamar menimpanya. Penderitaan bayi merah tersebut tidak berlangsung lama. Allah SWT segera memanggilnya untuk kembali ke pangkuan-Nya.
Muhammad Nasser al-Bur’i hanyalah seorang bayi yang baru berusia lima bulan. Dia tengah tertidur pulas di atas ranjanganya. Ummi Nasser yang segera berlari kek kamar begitu rumahnya bergetar hebat mendapati bayinya telah tiada. Dia segera memeluk bayinya yang masih hangat. Diciumnya berulang-ulang pipi anaknya yang kini telah tiada. “Ya Allah, apa dosa bayi kami sehingga harus menemui kematian? Apa dosa bayi kami sehingga Zionis-Israel perlu membunuhnya. Jangankan mengangkat batu, berbicara pun dia belum bisa….”
Muhammad Nasser hanyalah satu dari ribuan bayi dan bocah-bocah kecil Palestina yang menjadi korban dari kebiadaban pasukan Zionis-israel. Beberapa tahun lalu, bayi Muhammad Imad ditembak sniper Israel tepat di jantungnya. Lalu ada juga seorang anak usia tujuh tahun yang ditangkap tentara Zionis dan dipatahkan tangannya. Apakah kita akan berdiam diri saja? (rizki/MNA)