Mengapa Dubai Kolaps?


Dubai dianggap sebagai negara Arab yang dijadikan salah satu fondasi pereknomian dunia. Hanya dalam waktu beberapa tahun, mereka menjadi salah satu “raksasa,” dengan pertumbuhan yang berada di atas rata-rata. Namun kini, sama seperti negara-negara lainnya, Dubai tanpa diduga sama sekali, terjebak dalam krisis ekonomi besar. Apa sebabnya?

Sebenarnya, hal ini tidak sepenuhnya mengejutkan, tapi Dubai telah berputar di luar kendali. Sekarang ini, pembangunan di Dubai berhenti. Bagi banyak pekerja asing, Dubai merupakan simbol tertinggi bagi mereka terbebas dari pajak kekayaan.

Banyak ekspatriat yang meninggalkan mobil mereka di bandara dan melarikan diri ke rumah daripada risiko dipenjara karena pinjaman. Polisi Dubai menemukan lebih dari 3.000 mobil di luar bandar udara internasional Dubai dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar mobil adalah Mercedes, BMW, dan Porsche dan masih memiliki kunci yang sengaja di tinggalkan di dalam mobil.

"Setiap hari kita menemukan lebih banyak dan lebih banyak lagi mobil," kata seorang pejabat senior keamanan bandara, yang tidak mau disebutkan namanya. "Natal adalah yang terburuk—kami menemukan lebih dari dua lusin pada satu hari."

Ketika pasar runtuh dan banyak ekspatriat yang tidak lagi mampu membayar hipotek tanpa kredit. "Ada banyak orang yang hidup dengan standar tinggi, investasi dalam real estat dan gaya hidup," kata salah seorang bankir senior.

Mobil yang ditinggalkan begitu saja menggarisbawahi kecenderungan yang mengkhawatirkan. Lima tahun lalu, Emir, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, memulai sebuah rencana ambisius untuk mengubah Dubai menjadi sebuah hub untuk bisnis dan pariwisata. Ribuan orang Barat datang setiap hari, bersemangat karena uang dan janji emirat tentang kemudahan hidup dan kekayaan.

Sekarang , ada peningkatan tanda-tanda bahwa orang asing yang datang berbondong-bondong ke Dubai akan segera pergi. "Tidak ada cara untuk melacak nomor yang sebenarnya, tetapi bukti anekdot ini berlimpah. Dubai mulai kosong, "kata seorang diplomat Barat.

Sebagian besar bank-bank emirat tidak berafiliasi dengan lembaga-lembaga keuangan Inggris, sehingga orang-orang yang melarikan diri tidak perlu khawatir akan kreditor. Mobil yang ditinggalkan mereka akhirnya dijual oleh bank pada lelang mingguan.

Di atas semua itu, Dubai juga menyimpan sebuah cerita mengenaskan. Kehidupan di sini sangat bebas, dan bahkan hanya di Dubai lah kaum homo Arab bisa diterima. Padahal, Dubai mengaku, menerapkan Syariat Islam. (sa/times/cab)