Meskipun Muslim bukan merupakan ancaman politik atau militer yang nyata bagi dunia yaitu Barat, negara-negara Barat terus mempolitisasi Islam dan Muslim sebagai lawan utama mereka. Di masa lalu, mereka menganggap fasisme atau komunisme sebagai ancaman bagi cara hidup mereka, saat ini mereka mengklaim hal yang sama untuk Islam.
Kedua, menggunakan jargon anti-Islam dan terorisme Islam adalah salah satu cara termudah untuk menegaskan dominasi atas pemerintah di dunia Muslim. Barat tidak suka pemerintah independen mengelola dunia Muslim. Kekuatan kolonial ingin mempertahankan kendali langsung dan tidak langsung mereka atas negara-negara Muslim ini.
Prancis khususnya telah mengeksploitasi sumber daya negara Muslim Afrika seperti Mali, Niger, Senegal, Chad, Gambia dan Mauritania. Misalnya saat ini Prancis dan beberapa negara Barat lainnya lebih memilih kekacauan Jenderal Khalifa Haftar yang bertekad untuk melindungi kepentingan Prancis untuk memerintah Libya.
Ketiga, biaya penggunaan retorika anti-Islam cukup rendah. Saling ketergantungan Barat dan China atau Rusia lebih kuat daripada antara Barat dan negara-negara Muslim. Sehingga membuat biaya perpecahan kekuatan global Barat dengan Beijing dan Moskow cukup tinggi.
Karena itu pembedaan Islam lebih praktis. Lebih mudah untuk memobilisasi dunia di balik Islamofobia, karena China, Rusia, dan India yang menampung minoritas Muslim dan menguasai wilayah mayoritas Muslim secara historis, memiliki permusuhan tradisional terhadap negara-negara Muslim.
Di sisi lain, mengendalikan dunia Muslim akan menentukan persaingan global antara Barat dan lainnya. Siapapun yang menguasai wilayah yang didominasi Muslim seperti Timur Tengah, Afrika Utara, Tanduk Afrika, Asia Tengah dan Asia Selatan akan diuntungkan dan menjadi unggulan.