eramuslim.com – Presiden Recep Tayyip Erdogan dikenal sebagai tokoh paling berpengaruh Turki setelah Bapak Bangsa Mustafa Kemal Ataturk. Dalam langkahnya sebagai pemimpin negeri dua benua, Erdogan mengubah sejumlah warisan sang tokoh sekuler.
Dosen Sekolah Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia, M. Sya’roni Rofii, menjelaskan sejumlah perbedaan antara kebijakan Ataturk dan Erdogan. Perbedaan itu menyusul konsep awal Erdogan: Turki yang lebih fleksibel.
“Erdogan naik pada 2002, mengusung konsep berbeda, konsep awalnya memang membuat Turki tidak terlalu kaku seperti yang dilakukan pendahulunya. 2002 jadi titik balik, pelan-pelan Erdogan memperkenalkan konsep progresif,” jelas Sya’roni kepada kumparan, Selasa (19/10).
“Hak sipil harus diberikan seluas-luasnya. Turunan dari hak sipil itu, misalkan orang mau pakai jilbab, ya, biarkan, karena itu hak asasi mereka,” lanjutnya.
Seperti diketahui pada rezim Ataturk, sekularisme atau laikisme diperkenalkan. Sekularisme atau laikisme adalah pemisahan urusan negara dan agama.
Tak sedikit warga yang dilarang untuk menggunakan atribut agama atau kebudayaan kental, seperti topi fez untuk pria dan hijab untuk wanita.
Tetapi dengan naiknya Erdogan sebagai perdana menteri dan berkuasanya Partai AK pada 2002, ia mulai perlahan-lahan mengikis warisan Ataturk dan penerusnya.
Berikut beberapa kebijakan sekuler Ataturk yang diubah atau bahkan di ganti oleh Erdogan: