Dari timur, ia tak jauh dari Gerbang Baqi; dan dari bagian barat ia bisa dicapai melalui Gerbang Babussalam.
Di lokasi Makam Rasulullah ada gerbang besar dengan dua pintu berwarna hijau dengan ornamen keemasan. Di depan gerbang itu peziarah menghadap untuk menyampaikan salam.
Sebagian peziarah kerap berupaya mengintip dari celah dan lubang di gerbang tersebut untuk melihat Makam Rasulullah. Saat saya mencoba tindakan serupa, sukar mendeskripsikan bagian dalam makam tersebut karena gelap di dalamnya.
Rasa penasaran soal bentuk asli Makam Rasulullah tersebut akhirnya terjawab saat saya mengunjungi Museum Dar Al di Kompleks Kota Pengetahuan dan Industri Madinah pada Sabtu (15/9).
Museum yang didirikan mantan pengajar Universitas Taibah Madinah, Abdulaziz Kaki itu tak sedemikian besar, namun penuh dengan miniatur yang menunjukkan perkembangan bangunan-bangunan bersejarah dalam Islam di Madinah, termasuk Masjid Nabawi dan Makam Nabi.
Suliman Muhammad Suliman, seorang sarjana dari Sudan sebagai pemandu di museum itu menjelaskan dengan terperinci sejarah pembangunan Makam Rasulullah.
Seturut catatan sejarah, ia mengatakan bahwa Rasulullah dimakamkan persis di lokasinya wafat pada 632 Masehi, yakni di sebuah kamar di kediamannya bersama Aisyah di bagian luar tembok timur bangunan awal Masjid Nabawi.
Saat itu, lebar Masjid Nabawi sepanjang 35 meter di sisi barat dan timur serta 30 meter di sisi utara dan selatan.