Menelisik Sepak Terjang Anak-Anak Muammar Gaddafi (Bagian 1)

Ketika dunia sedang menyaksikan hari-hari pertama invasi militer ke Libya, Kolonel Muammar Gaddafi justru jadi mendapatkan beberapa sekutu di dunia internasional. Tapi terkadang, sekutu yang penting adalah keluarga–dan keluarga dekat Gaddafi berdiri di belakangnya, memberikan kekuatan padanya selama "perang" sipil dan serangan udara pasukan koalisi Inggris, Prancis dan AS berlangsung.

Tapi sesungguhnya, di tengah dinamika keluarga Gaddafi yang agak aneh, masa-masa sulit yang dihadapi keluarga Gaddafi selama beberapa bulan terakhir, nampaknya membuat anggota keluarga Gaddafi yang sangat patriarki itu, semakin dekat satu dengan yang lain.

Berikut adalah foto-foto Gaddafi dan keluarganya, beserta cerita dibalik sepak terjang Gaddafi dan anak-anaknya;

1. Qaddafi memiliki delapan anak kandung, tujuh diantaranya laki-laki. Kebanyakan anak-anak Gaddafi menerapkan cara hidup Barat yang sangat dibenci ayah mereka. Tapi saat rezim sang ayah sedang berada dalam tekanan Barat, anak-anak Gaddafi menjadi pihak yang dengan paling semangat mendukung ayahnya, dan dalam banyak hal, anak-anak Gaddafi menolak kecenderungan mereka di masa lalu untuk melakukan reformasi di Libya dan hubungan dekat mereka dengan Barat.

Dalam foto di atas, Gaddafi berpose bersama istri keduanya, Safia dan dan sebagian anak-anaknya. Foto ini diambil pada bulan November 1986, lokasinya di dekat istana Bab Aziza di Libya, yang kemudian hancur oleh serangan militer AS. Menurut Muammar, dalam serangan AS lainnya pada tahun itu, menewaskan anak angkatnya, seorang anak perempuan.

2. Muammar Gaddafi lahir di kota Sirte, sebuah kota di dekat gurun Libya, pada tahun 1942. Ia lulus dengan pujian dari Universitas Libya–seperti juga anak-anaknya yang lain–sebelum melanjutkan pendidikannya ke Eropa dan mendapatkan latihan militer di Inggris, dimana untuk pertama kalinya ia mulai merancang rencana kudeta terhadap pemerintahan Libya ketika itu.

Tahun 1969, Gaddafi memimpin kudeta yang berhasil menggulingkan Raja Idris I. Setelah mengambil alih kekuasaan, Gaddafi melakukan perubahan besar dalam bidang kebudayaan dan akhirnya melakukan "revolusi rakyat" dengan menciptakan sistem pemerintahan yang unik, yang disebut "Jamahiriya" atau negara jamaah. Meski Gaddafi memegang kekuasaan absolut dalam pemerintahan Libya, secara teknis, Gaddafi tidak memiliki kantor resmi. Ia tetap mempertahankan sistem negara yang diciptakannya itu dalam pidatonya di New York pada tahun 2006. "Tidak ada negara demokratis selain Libya di seluruh planet," katanya saat itu.

Foto di atas adalah foto saat ia memberikan pidatonya yang panjang dan bertele-tele di Dewan Umum PBB, New York pada 23 September 2009.

3. Dalam foto ini, Gaddafi berpose bersama anak-anak lelakinya, pada November 1986. Awal bulan Maret kemarin, sekolah bisnis IE di Madrid mengeluarkan salah seroang anak lelaki Gaddafi, Khamis Al-Qaddafi. Khamis, 27, mengambil program MBA internasional di sekolah yang biayanya kuliahnya mencapai 81.320 dollar per tahun. Khamis dikeluarkan dengan alasan ia "berkaitan dengan serangan-serangan terhadap rakyat sipil di Libya." Ia seharusnya sedang berada di AS untuk program magang ketika rakyat Libya memulai gerakan menuntut reformasi di Libya pada bulan Februari kemarin. Khamis terpaksa pulang ke Libya untuk memimpin pasukan elit miliknya sendiri, yang bernama Brigade Khamis. Pasukan ini disebut-sebut bertanggung jawab atas tindak kekerasan terhadap para pengunjuk rasa di Benghazi. Menurut rumor yang beredar, Brigade Khamis terlihat bertempur di Zawiya, dekat Tripoli, dan dicurigai telah mengerahkan dan mempersenjatai tentara-tentara bayaran yang masih berusia remaja dari negara Chad.

4. Saif Al-Islam El-Gaddafi, anak kedua Gaddafi, sejak lama merupakan sosok yang paling disukai Barat. Ia disebut-sebuat sebagai anak pilihan Gaddafi, yang dipersiapkan untuk meneruskan kepemimpinan Libya. Foto di atas diambil pada 7 September 1999, saat parade militer di Tripoli, memperingati 30 tahun revolusi di Libya, yang membawa Gaddafi ke pucuk pimpinan di negeri itu. Di foro itu, Saif berdiri sambil memberi hormat, di atas sebuah tank buatan Rusia.

5. Saif memiliki banyak "sebutan", mulai dari karismatik, kosmopolitan, moderat, ramah terhadap nilai-nilai Barat, ditambah lagi reputasi yang ia bangun saat menempun pendidikan di London School of Economics. Ia mendapat gelar Ph.D dari sekolah itu pada tahun 2008. Seiring dengan meletusnya revolusi di Libya, gelar itu diperdebatkan karena Saif diduga menjiplak tesis orang lain untuk mendapatkan gelar tersebut.

Saif juga membangun citra pribadinya lewat aksi-aksi kedermawanannya. Ia memimpin lembaga amal Qaddafi International Charity dan Development Fundation. Lembaganya pernah mengirimkan ratusan ton bantuan untuk korban gempa di Haiti pada Januari 2010. Saif juga secara terbuka berani menyuarakan reformasi konstitusi di Libya, mengkritisi isu perubahan iklim dan isu liberalisasi ekonomi. Ia juga dipuji karena upayanya meyakinkan Gaddafi untuk secara terbuka mengecam senjata pemusnah massal, pada tahun 2003.

6. Tapi, Saif punya sisi "gelap" lain. Tahun 2009, ia diberitakan membayar Mariah Carey–penyanyi top AS pada masa itu–sebesar 1 juta dollar, untuk menyanyikan empat lagu dalam sebuah pesta di St. Barts. Saif membantah berita itu dan berusaha untuk mengurangi gaya hidupnya yang suka berpesta.

Pesan kabel diplomatik yang dibocorkan Wikileaks baru-baru ini, menyebutkan bahwa Saif bersitegang dengan saudara-saudara lelakinya yang lain, terkait suksesi di Libya. Menurut pesan kabel itu, Saif kesal melihat hubungan yang makin akrab antara ayahnya dan Muatassim–saudara kandung Saif–yang menjadi salah seorang penasehat Gaddafi.

Salah satu isi pesan kabel itu, "Saif dilaporkan merasa ‘gerah’, melihat kenyataan bahwa Muatassim menemani Muammar Gaddafi dalam kunjungan ke Moskow, Minsk dan ke Kiev tahun lalu … dan mengetahui bahwa Muatassim memainkan peran kunci dalam negosiasi kemungkinan penandatanganan kontrak persenjataan." (bersambung)