Sekitar 1.000 orang terkenal di dunia menghadiri peresmian Museum of Islamic Art (MIA) di Doha, ibukota Qatar akhir pekan kemarin, diantaranya adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad, Mohamad Hassanein Heikal, mantan penasehat mendiang Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, aktor AS Robert De Niro dan para pejabat dari negara-negara Teluk. Acara pembukaan dimeriahkan dengan pagelaran musik dari pemain selo terkenal di dunia Yo Yo Ma dan pesta kembang api yang spektakuler.
Tapi untuk sementara museum yang pembangunannya menelan dana 300 juta dollar ini belum dibuka untuk umum. Hanya tamu-tamu undangan dan wartawan media massa yang boleh mengunjungi museum yang didisain oleh arsitek Amerika keturunan China, I.M Pei. Ia ditunjuk langsung oleh Syaikh Qatar, Hamad Bin Khalifa Al Thani untuk merancang Museum Seni Islam yang lokasinya sengaja di pilih di tepi pantai.
Pei sendiri dikenal sebagai arsitek yang mendisain berbagai bangunan megah terkenal di dunia, antara lain gedung Grand Louver di Paris, National Gallery of Art di Washington danPerpustakaan John f. Kennedy di Boston.
Salah seorang tim Pei, bernama Hiroshi Okamoto mengatakan, disain MIA yang dirancang Pei adalah perpaduan antara modernitas dengan sentuhan-sentuhan Islami. Museum ini menyimpan sekitar 800 artifak seni dan bersejarah dari berbagai benua, yang berasal dari abad ke-7 sampai abad ke-19.
Sementara Pei berkomentar, tugas mendisain museum ini telah memberikan pengetahuan padanya tentang agama dan budaya yang berbeda. "Yang sulit dari tugas ini adalah budaya Islam yang kaya dan berbeda-beda mulai dari Iberia sampai Mogul India, China dan belahan dunia lainnya. Saya memperhatikan arsitektur bangunan mesjid megah di Cordoba dan masjid-masjid lainnya di negara-negara Arab untuk mencari inspirasi disain museum ini," kata Pei yang sudah berusia 91 tahun.
Museum of Islamic Art, pengelolaannya berada di bawah otoritas museum di Qatar, yang diketuai oleh anak perempuan Syaikh Qatar, Syaikha Al Mayassa bint Hamad Bin Khalifa Al Thani. Dalam acara pembukaan museum kemarin, Syaikha Al Mayassa mengatakan, "Kami ingin menunjukkan bahwa Islam adalah peradaban yang damai, yang mengajarkan toleransi dan mengajak masyarakat dari berbagai latar belakang untuk hidup berdampingan dengan damai." (ln/bbc/aby/iol)