Pernyataan maaf yang disampaikan Jyllands-Posten, harian terbitan Denmark atas publikasi kartun-kartun Nabi Muhammad Saw, ternyata tidak menghentikan publikasi kartun tersebut. Media massa di sejumlah negara-negara Eropa seperti di Perancis, Jerman, Italia, Belanda dan Spanyol malah ikut-ikutan memuat kartun-kartun Nabi Muhammad Saw.
Lembaga pemantau media Reporters Without Borders menilai, reaksi yang muncul di negara-negara Arab atas pemuatan kartun Nabi Muhammad Saw itu ‘memperlihatkan kurangnya pemahaman’ terhadap kebebasan pers sebagai ‘salah satu pilar esensial bagi demokrasi.’ Sekretaris Jenderal lembaga itu, Robert Menard bahkan mengatakan bahwa semua negara-negara di Eropa harus membela Denmark dan rakyat Denmark untuk mempertahankan prinsip-prinsip bahwa sebuah surat kabar bisa menulis apa saja yang ingin mereka tulis.bahkan jika menyinggung perasaan orang lain.
Menard menambahkan, rejim di negara-negara Arab ‘tidak memahami bahwa ada pemisahan yang tegas antara apa yang ditulis di surat kabar dan apa yang dikatakan oleh pemerintah Denmark.’
Di Berlin, harian beraliran konservatif Die Welt menampilkan kartun Nabi Muhammad Saw yang mengenakan surban berbentuk dinamit yang akan meledak serta tiga karun lainnya di halaman depan. Dalam editorialnya koran itu menulis, "Protes dari dunia Islam akan ditanggapi lebih serius jika mereka tidak bersikap munafik. Ketika televisi Suriah menayangkan drama dokumenter di jam tayang utama yang menampilkan rabi-rabi Yahudi sebagai orang-orang yang kanibal, para imam Muslim di sana cuma diam."
Di Roma, harian yang menampilkan kartun-kartun Nabi Muhammad Saw adalah harian La Stampa edisi hari Rabu dan harian Corriere della Sera terbitan Senin.
Di Belanda, editor harian Arie Elshout of Volkskrank mengatakan, surat kabarnya sudah mempublikasikan kartun-kartun tersebut pada bulan November dan memuatnya lagi pada Rabu kemarin hanya untuk ilustrasi dari perdebatan yang muncul, dan menurutnya tidak ada reaksi negatif dari warga Muslim di negara Kincir Angin tersebut.
Anggota legislatif Belanda, Geert Wilders yang kerap mengkritik Islam menyatakan akan memasang gambar-gambar kartun Nabi Muhammad Saw itu di situsnya dan mendukung pembuat kartun-kartun tersebut.
Di Swiss, surat kabar Switzerland’s Blick menerbitkan dua versi dari 12 versi kartun yang mengundang protes umat Islam itu, sementara harian Tribune de Geneva menyatakan akan mempublikasikan kartun serupa pada terbitan hari Kamis (2/2) ini.
Harian France Soir, terbitan Perancis beralasan bahwa pemuatan kartun itu bukan untuk memprovokasi. Surat kabar itu bahkan mengatakan tidak akan menanggapi jika ada yang keberatan dan tetap akan memuat gambar-gambar Muhammad, Yesus dan Budha atas dasar kebebasan berekspresi yang diberikan bagi rakyat Perancis.
Negara-Negara Arab Tuntut Denmark Jatuhkan Sangsi
Sementara itu, sejumlah menteri dalam negeri di negara-negara Arab menilai permintaan maaf dari Jyllands-Posten tidak cukup dan pemerintah Denmark harus menjatuhkan sangsi terhadap harian itu.
"Kami mendesak pemerintah Denmark untuk mengambil langkah-langkah penting untuk menjatuhkan sangsi bagi mereka yang bertanggung jawab atas perbuatan keji ini dan mengambil langkah agar hal ini tidak terulang lagi," kata menteri-menteri itu dalam pernyataan mereka seperti dikutip Reuters. Pernyataan tersebut dilontarkan pada akhir pertemuan dua hari di Tunisia yang membahas tentang kerjasama memberantas terorisme di wilayah itu.
Desakan serupa juga disampaikan para ulama dan pemimpin di negara-negara Muslim. Para dilpomar mengatakan persoalan ini akan menimbulkan blunder politik bagi para menteri yang berada di garis depan dalam upaya memerangi terorisme, karena tidak mungkin mereka mengabaikan masalah kartun ini dan tidak membela Nabi Muhammad Saw.
Para komentator di negara-negara Arab menilai, omong kosong tradisi toleransi dan menghormati kebebasan pers telah menghalangi pemerintah Denmark untuk menjatuhkan sangsi terhadap Jyllands Posten.
"Mengapa mereka bicara soal demokrasi dan kebebasan berekspresi hanya ketika isu-isunya terkait dengan Islam? Jika ini terkait dengan agama lain, faktanya akan berbeda," kata Amr Moussa, ketua Liga Arab. (ln/iol)