Galilea, Sebuah jajak pendapat yang digelar oleh Akademi Galilea (Akadimiya al-Jalil), di wilayah Galilea Barat, Acre (Akka), yang kemudian dikutip oleh harian Isarel Maarev (14/4) menyatakan jika mayoritas warga negara Israel selalu berusaha menyembunyikan identitas mereka ketika melancong ke luar Israel.
Selain itu, jajak pendapat tersebut juga menyatakan jika mayoritas warga Israel juga merasa ketakutan dan senantiasa berpaling di hadapan masalah genosida Nazi-Jerman terhadap orang Yahudi.
Sebanyak 52 % pemilih dari turis Israel selalu berusaha menyembunyikan identitas mereka ketika mereka melancong atau berada di luar Israel. Mereka juga berusaha untuk tidak memakai pakaian yang bertuliskan bahasa Ibrani, atau memakai simbol-simbol keyahudian semisal Bintang Dawud, dan lain-lain.
Selain itu, warga Israel juga senantiasa berusaha untuk tidak berbicara dalam bahasa Ibrani dengan suara yang nyaring (terdengar) ketika berada di luar negeri mereka.
51 % pemilih lainnya menyatakan, mereka kerap menghadapi fenomena anti-semit ketika berada di luar negeri, 34 % mendapat panggilan "tak mengenakkan" jika ketahuan mereka adalah orang Israel, dan 13 % lainnya mengaku kerap mendapat penolakan pelayanan.
59 % peserta jajak pendapat juga mengatakan kalau genosida Yahudi sempat terjadi untuk kedua kalinya setelah genosida yang dilakukan Nazi-Jerman.
Akademi Galilea menggelar jajak pendapat tersebut berkaitan dengan hari genosida (yum muhriqa) yang akan dirayakan pada minggu depan. Jajak pendapat tersebut diikuti oleh setidaknya 500 warga Yahudi Isarel.
Ketua Program Studi Genosida di Akademi Galelia, Dr. Bougaz Kohein menyatakan, jajak pendapat tersebut memperlihatkan jika genosida masih menjadi tema sentral dalam kehidupan orang-orang Yahudi. (jzr/L2 Cairo)