Mayoritas rakyat AS ternyata memandang program nuklir yang dikembangkan Iran adalah ancaman besar terhadap keamanan negara mereka. Hal ini terungkap dari polling pendapat yang dilakukan oleh Pew Research Centre dan melibatkan sekitar 1.500 responden. Hasilnya antara lain 60% dari rakyat Amerika menduga Iran akan melancarkan serangan terhadap Israel. Sementara 66% lainnya memandang AS dan Eropa akan menjadi target serangan berikutnya oleh Iran, jika Iran memiliki senjata nuklir.
Sementara itu, tema pengembangan tekhnologi nuklir oleh Iran mendapat kecaman dari Dick Cheney, wakil Presiden AS. Cheney mengatakan secara tegas bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir. Alasan yang semakin menguatkan asumsi ini, menurut Cheney adalah penolakan Iran terhadap usulan Rusia untuk mencari solusi kasus nuklir Iran. Dalam wawancaranya dengan channel BBC, Cheney mengatakan, “Penolakan Iran itu memunculkan pemikiran bagi dunia bahwa Iran memang ingin mengembangkan kemampuan khusus untuk memproduksi bahan-bahan nuklir, sampai Iran mencapai tahap tertentu yang bisa membuat senjata nuklir.
Cheney menegskan bahwa hingga kini AS masih menempuh upaya diplomatis untuk mengatasi krisis nuklir Iran. Namun ia juga menyebutkan bukan tidak mungkin pada akhirnya AS akan mengambil tindakan militer. Menurut Cheney, Iran semakin berbahaya setelah kursi kepresidenan Iran dikuasai oleh Ahmadinejad.
Sementara itu, Iran hingga kini masih dalam pembahasan solusi masalah nuklirnya dengan Rusia. Dalam waktu dekat sejumlah utusan Iran dipimpin Jawad Waeidi, wakil kepala Dewan Keamanan Nasional Iran akan berkunjung ke Rusia mendiskusikan ide yang dilontarkan Rusia. Tapi Iran juga masih terus menantang ancaman Amerika dan Eropa terkait hukuman yang akan diberikan, bila Iran tidak menghentikan proyek nuklirnya. Tokoh utama republik Iran Ayatullah Ali Khamenei menyerukan masyarakat Iran mengggelar demonstrasi besar hari Sabtu mendatang untuk menyikapi ancaman Barat itu. Demonstrasi besar itu juga bertepatan dengan peringatan Revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979, dan akan dimanfaatkan untuk menegaskan sikapnya pada dunia atas kasus yang terkait dengan Iran. (na-str/aljzr)