Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset Roy Morgan terhadap 1.300 responden warga Australi menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Australia sama sekali tidak menaruh perhatian dengan agama Islam. Dari hasil survei itu terungkap hanya satu dari enam responden yang memiliki pengetahuan yang lumayan tentang Islam, sementara sepertiga responden mengaku tidak peduli dengan Islam.
Hasil survey menunjukkan, lebih dari 55 persen responden, utamanya perempuan dan mereka yang berusia di atas 50 tahun mengaku tidak pernah melakukan kontak dengan warga Muslim. Jumlah responden yang mengaku tidak pernah berinteraksi dengan warga Muslim prosentasenya dua kali lipat seperti halnya mereka yang mengaku tidak peduli sama sekali dengan Islam, dibandingkan dengan mereka yang pernah mengetahui tentang Islam dengan berbagai cara.
Ketidaktahuan tentang Islam menimbulkan ketakutan terhadap Islam. Hampir 56 persen responden yang tidak tahu soal Islam mengaku merasa terancam dengan keberadaan Islam, 61 persen responden yang tahu sedikit tentang Islam, juga masih merasa ketakutan, bahkan 46 responden yang mengaku memahami Islam tetap memiliki perasaan terancam oleh Islam.
Pandangan-pandangan negatif yang dilekatkan para responden pada Islam adalah, bahwa agama Islam adalah agama para fundamentalis. 11 persen responden mengatakan Islam agama yang fanatik dan tidak menghormati kaum perempuan.
Hasil survei ini diterbitkan hanya beberapa minggu setelah Menteri Keuangan Federal Peter Costello mengeluarkan pernyataan keras tentang Islam. Ia mengatakan, siapapun yang ingin hidup di bawah syariah Islam, silahkan pergi ke negara lain. Oleh sejumlah pemuka Islam di Australia, pernyataan Costello ini dianggap sebagai bentuk Islamophobia.
Ahli geografi dari University of New South Wales, Dr. Kevin Dunn memberikan analisanya atas hasil survei yang dipublikasikan di Journal of Islamic Studies. Ia mengaku tidak heran dengan hasil tersebut. Namun ia mengingatkan pentingnya pendidikan untuk memberantas sikap diskriminatif.
Ia mengatakan, berbagai inisiatif yang dilakukan belakangan ini, termasuk studi perbandingan agama dan pelajaran-pelajaran tentang Islam di sekolah-sekolah, sudah tepat. "Tapi saya agak sedikit khawatir terhadap orang-orang yang berada di luar sistem pendidikan dan bagaimana cara merangkul mereka," kata Dunn.
"Saya pikir tidak ada cara lain yang lebih populer, selain melalui pengenalan budaya-budaya yang populer dan melalui media," sambungnya. (ln/7news)