Mau Apalagi Di Palestina, George Mitchell?


Kamis kemarin, utusan AS untuk Timur Tengah, George Mitchell dijadwalkan tiba di wilayah Israel untuk mencoba menengahi perundingan damai yang baru. Mitchell kabarnya akan bertemu pula dengan para pemimpin Palestina, hari ini.

Pemerintah Israel tidak memberikan keterangan resmi tentang kunjungan sekutunya itu. Bagi Mitchell, ini adalah kunjungan pertamanya sejak “pecah” hubungan antara Israel dan AS tentang pembangun baru di Yerusalem Timur yang diduduki.

Pada bulan Maret, saat kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden, diberitakan bahwa Israel berencana membangun 1.600 apartemen di lingkungan Yahudi Ortodoks Ramat Shlomo. Karena hal itu, pihak Palestina kembali menarik diri. Mitchell yang sedianya mengunjungi Israel pada Maret lalu pun membatalkan rencananya, dan gantinya, Biden yang datang. Pembangunan pun berjalan lancar-lancar saja.

The Wall Street Journal mengutip perkataan seorang pejabat Amerika Serikat pada hari Kamis, menyebutkan bahwa perdana menteri Benjamin Netanyahu telah mengirimkan tanggapan resmi kepada AS yang sepenuhnya menolak membekukan bangunan di Yerusalem Timur, seperti yang diminta oleh Obama.

Netanyahu hanya menawarkan serangkaian langkah untuk meningkatkan kepercayaan Palestina, seperti mengurangi blokade di Gaza, melepaskan tahanan, pembekuan proyek bangunan di Ramat Shlomo selama dua tahun, dan menyetujui untuk membahas perbatasan dan status Yerusalem, demikian Wall Street melaporkan.

Laporan ini datang sehari setelah Martin Indyk, mantan duta besar AS untuk Israel yang sangat dekat dengan Mitchell, menulis di New York Times bahwa Netanyahu menghadapi pilihan antara “memilih” presiden AS, atau sayap kanan koalisi di negara sendiri.

Netanyahu mengatakan bahwa tidak ada seorangpun perdana menteri Israel pada 46 tahun terakhir diminta untuk menghentikan pembangunan di Yerusalem. Jika itu terjadi, maka hal itu akan menjadi seseuatu yang tak akan bisa diterima oleh sekutnya.
Nah, sekarang, mau apalagi ke Palestina, Mr Mitchell? (sa/bbc)