Masyarakat Dunia Gelar Aksi Solidaritas untuk Warga Ghaza, Bagaimana dengan Indonesia?

Dunia menggeliat atas blokade kemanusiaan yang dilakukan rejim Zionis Israel di Jalur Ghaza. Warga dunia yang peduli dengan nasib rakyat Palestina, menggelar aksi solidaritas, mengecam dan memprotes tindakan tak berperikemanusiaan rejim Zionis terhadap bangsa Palestina.

Sejak Sabtu (23/2) mereka menggelar kampanye "Global Day of Action", hari di mana ribuan orang dari 30 negara mengutuk blokade Israel di Jalur Ghaza. "Pesan kami sangat jelas, dan kami ingin memotivasi negara-negara Arab dan Islam serta masyarakat internasional di tingkat pejabat pemerintahan maupun tokoh-tokoh terkenal, untuk segera mematahkan blokade Israel di Jalur Ghaza, " tukas Jamal Al-Khudari, ketua Komite Popular Anti-Pengepungan (PCAS) yang juga anggota parlemen Palestina seperti dilansir AFP.

Aksi protes di Jalur Ghaza dilakukan dengan melakukan aksi mogok setengah hari. Para pemilik toko menutup toko-tokonya dan warga Ghaza menggelar peringatan terhadap para korban akibat blokade Israel di alun-alun Al-Katiba, Kota Ghaza. Aksi serupa juga dilakukan oleh warga kota Ramallah, Al-Khalil dan Nablus di Tepi Barat. Mereka melakukan aksi long-march memprotes pengepungan yang dilakukan rejim Zionis terhadap 1, 5 juta penduduk Jalur Ghaza.

Di luar wilayah Palestina, aksi mengecam pengepungan Israel terhadap warga Ghaza, rencananya akan digelar di 90 kota besar lainnya di sleuruh dunia.

Di Perancis, aksi solidaritas terhadap warga Ghaza akan dilaksanakan di kota Paris, Bordeux, Lyon dan Nantes. Di Belanda, aksi solidaritas di gelar di depan kantor pemerintah di kota Hague. Di Italia, kota-kota seperti Biella, Melano dan Roma akan menjadi pusat aksi mengecam pengepungan Israel terhadap warga Ghaza. Di ibukota Yunani, Athena, warga yang ingin menunjukkan solidaritasnya, berkumpul di Metro Station di pusat kota. Sedangkan di Inggris, aksi massa berlangsung di jalan nomor 10 Downing Street, London. Aksi damai solidaritas warga dunia terhadap warga Ghaza juga digelar di kota Jenewa, Montreal, Istanbul, Kairo dan Beirut.

Dalam aksi "Global Day of Action" yang berlangsung hari Sabtu kemarin, warga dunia yang ikut berpatisipasi mematikan lampu selama 30 menit setelah matahari terbenam, sebagai bentuk keprihatinan mereka atas kondisi warga Ghaza yang berbulan-bulan hidup tanpa penerangan akibat blokade Israel.

PCAS menyatakan, mereka akan mengorganisir aksi dukungan pada warga Palestina selama seminggu penuh di lebih dari 70 negara. PCAS juga sudah menulis surat resmi pada John Holmes, bagian urusan kemanusiaan PBB di Ghaza agar mendesak PBB untuk segera menindak rejim Zionis Israel guna mengakhiri penderitaan warga Ghaza.

"Israel, setiap hari membunuh anak-anak, orang-orang jompo dan kaum perempuan di Jalur Ghaza. Mereka semua sangat menderita akibat hukuman kolektif yang dilakukan Zionis Israel. Sekarang, sekitar 1, 5 juta orang diisolasi di sebuah kamp konsentrasi bernama Jalur Ghaza, " ujar al-Khudari ketua PCAS.

Pejabat PBB John Holmes, setelah melakukan penijauan selama seminggu ke Ghaza, mengaku sangat syok melihat "muramnya dan menyedihkannya" kehidupan warga Ghaza. "Lebih dari 1.500 orang yang menderita sakit parah beresiko meninggal dunia, karena mereka tidak boleh keluar Ghaza untuk berobat, " kata Holmes. Sungguh memprihatinkan. Tapi hingga kini, dunia internasional masih buta dan tuli dan PBB enggan menjatuhkan sanksi atas pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Zionis Israel di Palestina. (ln/iol)