Masyarakat Bangladesh, Mulai Tinggalkan Bank-Bank Konvensional

Sejak berdirinya Islami Bank Bangladesh tahun 1983, industri perbankan berbasis syariah Islam di Bangladesh berkembang pesat. Setelah itu, berdiri lima bank swasta berbasis syariah dan 20 cabang bank Islam dari bank-bank konvensional yang ada di Bangladesh.

"Masa depan industri perbankan berbasis syariah Islam sangat cerah, " kata Mominul Islam Patwary, ketua komite eksekutif Islami Bank Bangladesh Limited, salah satu bank dengan performa terbaik dalam bisnis dan profitnya, di antara 48 bank komersial yang beroperasi di Bangladesh.

Wakil Ketua Al-Arafah Islamic Bank, Bahauddin Muhammad Yousuf menambahkan, mayoritas warga Muslim Bangladesh yang religius menjadi faktor pesatnya perkembangan bank-bank berbasis syariah di negara yang berada di Asia Selatan itu.

Bank-bank berbasis syariah tidak menerapkan sistem bunga, yang dilarang dalam ajaran Islam. Selain itu, bank-bank berbasis syariah juga tidak boleh menerima dana atau membiayai bisnis-bisnis yang terkait dengan alkohol, perjudian, pornografi, tembakau, senjata dan daging babi.

Para bankir di Bangladesh meyakini, industri perbankan berbasis syariah akan lebih berkembang lagi jika pemerintah Bangladesh memberlakukan undang-undang sistem perbankan Islami.

"Sistem berbasis syariah yang bebas bunga akan menjadi sistem yang mendominasi sistem perbankan di Bangladesh, dan bank-bank konvensional akan menjadi minoritas di negara-negara Organisasi Konferensi Islam, termasuk Bangladesh, " kata M.Azizul Haque, seorang pakar perbankan Islami di Bangladesh dan ketua Dewan Syariah Dhaka.

Haque mengatakan, tingkat pertumbuhan bank-bank Islam di negara-negara OKI antara 15-20 persen, sedangkan tingkat pertumbuhan bank-bank konvensionalnya hanya 10-15 persen.

Tidak bisa dipungkiri, industri keuangan Islami kini menjadi sektor yang pertumbuhannya paling cepat. Sekarang saja, sudah ada sekitar 300 bank dan lembaga keuangan berbasis syariah di seluruh dunia. Salah satu faktor yang membuat orang lebih tertarik pada sistem syariah, kata Haque, karena sistem kapitalis terbukti tidak mampu memecahkan persoalan perekonomian global.

"Dunia sedang mencari tata perekonomian dunia baru. Dan yang akan menjadi tata perekonomian baru adalah sistem perekonomian yang Islami, " tukas Haque. (ln/iol)