Massa Jihad Islam dan Hamas Turun ke Jalan, Kecam Kedatangan Bush

Menjelang kunjungan Presiden AS George W. Bush ke wilayah pendudukan Israel, sekitar 3. 000 massa Jihad Islam di Ghaza hari Selasa (8/1) turun ke jalan mengecam kunjungan itu

Para pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel anti-Amerika dan anti-Israel seperti "Death to America", "Death to Israel", "Bush, You Are the Great Devil."

Mereka juga membakar bendera AS dan bendera Israel serta membawa 62 peti mayat sebagai simbol 62 warga Palestina yang meninggal dunia karena tidak diizinkan berobat ke luar wilayah Ghaza oleh Israel.

Selain Jihad Islam, massa Hamas juga akan menggelar aksi protes hari ini, Rabu (9/1) untuk menyambut kedatangan Bush. Mereka telah membuat spanduk sepanjang empat meter yang bertuliskan "War Criminal" sebagai kecaman terhadap Bush.

Sementara itu, militer Israel mengerahkan pasukannya untuk menutup seluruh akses ke Tepi Barat selama kunjungan Bush ke wilayah itu. Juru bicara militer Israel menyatakan, penutupan akan mulai diberlakukan Selasa tengah malam dan baru akan dibuka kembali pada hari Sabtu. Selain itu, AS juga menempatkan penempak-penembak jitunya di atas gedung-gedung di kota Ramallah dan arus lalu lintas di sejumlah distrik akan dialihkan.

Sehari sebelum kedatangan Bush, Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, bertemu di Yerusalem, namun pertemuan tersebut tidak menghasilkan kemajuan tentang isu-isu penting yang akan menjadi agenda negosiasi perdamaian, seperti masalah perbatasan dan pembagian wilayah Yerusalem.

Di sisi lain, juru bicara kantor perdana menteri Israel Mark Regev menyatakan bahwa Israel akan tetap memberlakukan kebijakan yang represif di wilayah Palestina. Ia mengatakan, aparat keamanan Palestina harus diperbaharui dan kemampuannya harus lebih ditingkatkan dengan sejumlah pelatihan.

"Ini bukan hanya masalah sikap Israel, tapi juga sikap dunia Arab, Eropa, dan siapa saja yang ikut dalam proses ini. Untuk itu saya katakan dengan jelas dan terbuka: kalau aparat keamanan Palestina sudah siap menghadapi berbagai tantangan, maka aparat keamanan Palestina tidak memerlukan tindakan apapun, " tukas Regev. (ln/aljz)