Perusahaan maskapai penerbangan Maroko, Royal Air Maroc (RAM) dituding telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak pekerjanya, karena telah melarang mereka sholat di tempat kerja dan memaksa pilot-pilot yang Muslim agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan kemarin.
Adalah Partai Keadilan dan Pembangunan (Party of Justice and Development-PJD), partai oposisi di Maroko yang mengecam keras pelanggaran tersebut.
"Ada lebih dari 50 negara Islam yang memiliki maskapai penerbangan sendiri, tapi kami belum pernah mendengar larangan seperti yang terjadi di sini," kata Mustapha Ramid, pemuka PJD.
Tokoh PJD lainnya, Nurrudin Gherbal mengatakan, pihaknya akan menanyakan persoalan ini pada Menteri Transportasi, Karim Ghellab di parlemen dan akan meminta parlemen membuat keputusan atas pelanggaran terhadap hak menjalankan ibadah keagamaan.
"Kami terus mengikuti perkembangan situasi secara seksama. Kami akan melakukan yang terbaik guna meyakinkan menteri agar mengubah kebijakan yang berlawanan dengan nilai-nilai dan tradisi masyarakat Maroko," kata Gherbal dalam wawancara dengan Islamonline.
Menurut Gherbal, sejumlah pegawai perempuan yang bekerja di RAM juga menyampaikan keluhan padanya secara tertulis, tentang larangan mengenakan hijab.
Larangan itu bukan isu semata, karena beberapa pejabat pemerintah mengakui ada dua pegawai perempuan yang tidak diperbolehkan bekerja di bagian front-desk karena keduanya mengenakan jilbab.
Sumber-sumber di RAM bahkan mengungkapkan, pihak perusahaan telah menutup satu-satunya masjid di perusahaan itu pada bulan Juli lalu dan melarang para pegawainya sholat di dalam kantor.
Menurut para pegawai di RAM yang namanya tidak mau disebut, mereka kini harus melaksanakan sholat secara diam-diam, karena kalau ketahuan khawatir dipecat.
Alasan Disiplin
Penasehat menteri Transportasi, Bourara Khadija membela diri bahwa kebijakan yang diterapkan di RAM adalah untuk meningkatkan disiplin di tempat kerja seiring persaingan yang makin ketat yang dihadapi RAM dengan perusahaan penerbangan asing setelah Maroko menandatangani kesepakatan open-sky dengan Uni Eropa.
"Sangat memalukan, kebijakan ini dianggap sebagai sikap keras terhadap kebebasan menjalankan ibadah agama. Salah mengklaim RAM telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak keagamaan para pegawainya," ujar Khadija.
Khadija mengakui RAM melarang para pilotnya berpuasa saat sedang menjalankan tugas terbang pada bulan Ramadhan, dengan alasan tes-tes simulasi pesawat menunjukkan akan munculnya resiko keamanan yang mungkin timbul.
"Otoritas penerbangan membuktikan bahwa pilot yang berpuasa tidak bisa secara penuh mengontrol pesawat dan peralatannya setelah beberapa jam mengangkasa," dalih Khadija.
Khadija malah balik menuding PJD telah memanfaatkan isu ini selama empat bulan terakhir, untuk mencari pengaruh dalam pemilu parlemen tahun depan.
Meski demikian, Khadija juga mengakui bahwa RAM sudah menerapkan larangan sholat di kantor, lagi-lagi dengan alasan meningkatkan disiplin. "Tapi pihak perusahaan mengizinkan para pegawainya sholat di dua masjid yang ada dekat kantor RAM," ujarnya. (ln/iol)