Departemen anti-teroris kepolisian Inggris mengklaim berhasil menggagalkan rencana aksi teror ke masjid-masjid yang akan dilakukan oleh kelompok ekstrimis kanan-jauh. Kepala polisi West Yorkshire, Norman Bettison mengatakan pihaknya sudah menangkap sekitar 32 orang dalam operasi yang dilakukan selama enam minggu di 20 lokasi.
Dalam operasi tersebut, tim Bettison menyita sejumlah persenjataan seperti peluncur roket, granat, bom dan senjata api yang diduga akan digunakan untuk melakukan aksi anarkis ke masjid-masjid. Penyitaan senjata ini menjadi penyitaan senjata terbesar di Inggris setelah peristiwa pemboman yang dilakukan kelompok IRA di awal tahun 1990-an.
Selain senjata, polisi anti-teror juga menemukan sejumlah kartu anggota British National Party (BNP) dan dokumen-dokumen lainnya. Menurut Bettison, operasi penangkapan dilakukan setelah para detektif menemukan sejumlah peta dan dokumen-dokumen yang berisi rencana yang akan dilakukan ke sejumlah masjid dari rumah sejumlah anggota partai tersebut. Jumlah masjid di Inggris saat ini sekitar 1.600 masjid yang melayani kurang lebih dua juta Muslim di negeri itu.
Bettison mengatakan, beberapa orang yang ditangkap sudah dikenakan tuduhan dan kemungkinan masih akan dilakukan penangkapan lagi. Para pejabat kepolisian Inggris lainnya menyatakan bahwa kasus ini menyangkut sebuah skema yang besar yang jangkauannya berada di luar teritorial mereka, karena beberapa orang yang terlibat dari rencana itu ditangkap di Eropa, Selandia Baru dan Australia. Orang-orang ini, kata Bettison, saling berkomunikasi lewat internet.
Lebih lanjut, Bettison mengatakan, terbongkarnya rencana teror ke masjid-masjid menunjukkan bahwa Al-Qaida bukan satu-satunya ancaman terorisme, tapi ancaman itu juga datang dari kelompok sayap kiri, kelompok kanan-jauh dan kelompok supremasi kulit putih yang banyak tersebar di benua Eropa.
Di Inggris, kelompok kanan-jauh seperti BNP dikenal sebagai kelompok anti-Muslim dan imigran. Bersama kelompok kiri lainnya, BNP mendapat dukungan suara cukup siginifikan dalam pemilu parlemen Eropa bulan Juni lalu. (ln/iol)