Parlemen Bulgaria mengeluarkan deklarasi yang isinya menyatakan bahwa serangan terhadap masjid merupakan tindakan tercela dan merusak keharmonisan kehidupan sosial dan agama di Bulgaria, negara kecil yang terletak di sebelah tenggara benua Eropa.
"Parlemen mengutuk tindakan provokasi brutal terhadap etnis dan toleransi antar umat beragama, yang menjadi ciri masyarakat Bulgaria," demikian isi deklarasi yang ditandatangani oleh 159 dari 240 anggota Parlemen dalam rapat paripurna, Kamis (27/7).
Deklarasi ini dipicu oleh insiden pembakaran sebuah masjid di Kazanlak pada Selasa (25/7) lalu. Sebuah botol berisi cairan yang mudah terbakar, dilemparkan ke dalam masjid sehingga menimbulkan kebakaran. Untung-lah, pemadam kebakaran segera datang sehingga kebakaran tidak meluas.
Menurut data situs FIA World Factbook, jumlah warga Muslim di Bulgaria meliputi lebih dari 12 persen dari 7,4 juta total jumlah penduduk. Di parlemen, mereka diwakili oleh partai Gerakan untuk Hak Asasi dan Kebebasan, yang memiliki 34 kursi dan tiga menteri di kabinet koalisi pemerintah.
Saat rejim komunis berkuasa di Bulgaria, warga Muslim menjadi korban kampanye brutal anti Muslim. Saat itu, di Bulgaria terdapat sekitar 800 ribu warga Muslim keturunan Turki dan warga asli yang masuk Islam sejak zaman kekuasaan Dinasti Ustmani.
Anggota parlemen Bulgaria menyatakan, mereka tidak akan membiarkan Bulgaria tersesat dari jalan menuju Uni Eropa yang masyarakatnya berasal dari berbagai budaya dan agama.
Parlemen Bulgaria menolak keikutsertaan partai ultra nasionalis Ataka yang ingin ikut dalam deklarasi tersebut. Selama ini, Ataka mengkampanyekan menentang ‘dominasi orang Turki dalam pemerintahan Bulgaria.’
Namun dalam pernyataannya, Ataka menegaskan bahwa "pihaknya tidak pernah dan tidak terkait dengan tindakan vandalisme." (ln/iol)