Masjid Darul Hijrah di Rotterdam Dibanjiri Pengunjung Warga Muslim Belanda

Penggunaan bahasa Belanda dan kehadiran imam-imam muda yang sudah lama menetap di Belanda menjadi daya tarik para pengunjung masjid Darul Hijrah di Rotterdam. Tak heran kalau masjid itu kini di kunjungi oleh banyak warga Muslim dari berbagai latar belakang etnis.

Pengelola masjid, Abdul Nasir Yusuf mengatakan, ceramah-ceramah yang disampaikan dalam bahasa Belanda adalah cara terbaik untuk menarik para jamaah.

Masjid Darul Hijrah yang juga disebut "Masjid Belanda" sejak lama sudah menjadi lambang pembauran warga Muslim Rotterdam yang berasal dari berbagai etnis seperti Turki, Arab, India, Afrika dan Balkan. Jumlah warga Muslim di kota ini menurut perkiraan resmi sekitar 80.000 orang, hampir seperdelapan dari total penduduk kota itu. Mereka menikmati fasilitas berupa 30 masjid, 5 sekolah Islam dan 2 universitas Islam.

Mengomentari penggunaan bahasa Belanda di masjid Darul Hijrah, seorang jamaah mengatakan, "Masjid ini sudah meninggalkan kebiasaan menggunakan bahasa nasional dari komunitas etnik tertentu."

"Saya datang ke masjid ini pada hari Jumat dan sangat senang karena imamnya menyampaikan khutbah dalam bahasa Belanda," kata jamaah lainnnya. Ia mengaku, sejak itu tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mendengarkan ceramah dari imam tersebut.

Imam Lokal

Mayoritas warga Muslim Rotterdam lebih senang ke Masjid Darul Hijrah yang dibangun pada awal tahun 1990-an ini, selain menggunakan bahasa Belanda juga karena para imamnya yang berasal dari Belanda sendiri.

Para imam ini dipuji karena memahami nilai-nilai yang berlaku di Belanda dan mampu merespon apa yang menjadi keprihatinan warga Muslim di negara Kincir Angin itu. Selain itu, mereka juga bisa merangkul kalangan anak muda Muslim dan berkomunikasi dengan mereka untuk mengetahui persoalan yang dihadapai generasi muda Muslim itu.

Keberadaan imam-imam ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah Belanda yang tertuang dalam deklarasi yang dibuat pada akhir tahun 2005 lalu, untuk melatih imam-imam asal Belanda sendiri sebagai upaya untuk mengurangi keberadaan imam-imam dari negara lain sampai tahun 2008.

Aktivitas Masjid

Masjid Darul Hijrah di kota Rotterdam juga menyelenggarakan berbagai aktivitas untuk mendorong terjadinya pembauran dan memberikan pendidikan keimanan bagi warga Muslim Belanda.

"Ada pelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan setiap hari atau mingguan," kata Abdul Nasir Yusuf.

Masjid ini juga mengelola perjalanan ke sejumlah negara-negara Islam bagi para muallaf sehingga mereka melihat sendiri bagaimana budaya dan tradisi Islam. Aktivitas lainnya adalah menggelar seminar-seminar, bekerjasama dengan lembaga-lembaga non Muslim di Belanda. Masjid ini pernah menggelar workshop selama tiga hari bagi guru agama non Muslim agar mereka lebih mengenal Islam.

Masjid Darul Hijrah juga membuat situs sendiri yang dikelola oleh anak-anak muda aktivis masjid. "Mereka membuat situs ini sebagai ajang komunikasi dengan non Muslim," kata Jacob Van Der Blom, salah seorang aktivis yang ikut mengerjakan website tersebut.

Para muslimahnya juga tidak mau ketinggalan untuk beraktivitas di bidang sosial dan budaya. "Kami dulu datang ke sini hanya untuk sholat, tapi sekarang kami bergandeng tangan untuk mengenalkan Islam dan mengajarkan bahasa Arab seperti saudara sendiri," kata Zarifa yang aktif di Masjid Darul Hijrah. (ln/iol)