Pengumuman besar tentang penemuan gas alam di Laut Hitam adalah langkah maju yang besar bagi Turki, menurut ketua parlemen Turki.
“Ini hari bersejarah, titik balik bangsa kita. Turki akan tumbuh dengan pesat dan mengambil langkah besar menuju kemakmuran dan pembangunan dengan menghilangkan biaya energi,” kata Mustafa Sentop kepada kantor berita Anadolu.
Penemuan gas itu terletak di perairan sedalam 2.100 meter, kata Menteri Energi Fatih Donmez, dengan pengeboran hingga 1.400 meter di bawah dasar laut. “Kami akan turun 1.000 meter lagi….dan data menunjukkan kami mungkin juga akan menemukan gas di sana.”
Erdogan mengatakan semua pengujian, analisis dan studi teknik yang diperlukan telah diselesaikan di sumur Tuna-1, lokasi penemuan gas alam, yang sekarang berganti nama menjadi Ladang Gas Sakarya berdasarkan nama provinsi Laut Hitam di dekatnya.
Kapal pengebor Fatih adalah yang menemukan ladang gas ini dan telah beroperas sejak 20 Juli.
Kapal Fatih setinggi 103 meter dibongkar di Istanbul untuk memungkinkan kapal melintas dengan aman di bawah jembatan yang membentang di Selat Bosphorus sebelum perjalanannya ke utara menuju Laut Hitam.
Kapal itu berlayar pada 29 Mei dari Istanbul ke Pelabuhan Trabzon di Laut Hitam, di mana kapal itu mencapai tujuannya untuk dirakit kembali pada 6 Juni.
Turki telah melakukan sembilan pengeboran laut dalam dengan kapal pengeboran Fatih dan Yavuz di Laut Hitam dan Laut Mediterania, kata Erdogan.
Turki akan meningkatkan pekerjaannya di Laut Mediterania pada akhir tahun dengan kapal bor Kanuni, yang saat ini sedang dalam pemeliharaan.
Pekan lalu, Turki melanjutkan eksplorasi energi di Mediterania Timur setelah Yunani dan Mesir menandatangani kesepakatan pembatasan maritim yang kontroversial.
Kesepakatan itu diteken beberapa hari setelah Turki mengatakan akan menunda eksplorasi minyak dan gasnya sebagai isyarat niat baik.
Tetapi setelah menyatakan kesepakatan Yunani-Mesir batal demi hukum, Turki mengizinkan kapal penelitian Oruc Reis untuk melanjutkan aktivitasnya di perairan Mediterania.
Kapal tersebut akan melanjutkan misi dua minggu hingga 23 Agustus bersama dengan kapal Cengiz Han dan Ataman.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di Istanbul, Turki, 21 Agustus 2020.[REUTERS]
Penemuan gas alam utama Turki di Laut Hitam diharapkan memainkan peran penting dalam menurunkan pengeluaran impor gas tahunan negara sebesar US$ 12 miliar (Rp 177,2 triliun) dan membantu meringankan defisit neraca berjalan yang telah mendorong lira ke rekor terendah terhadap dolar AS.