Sampai hari ini para pemimpin Eropa tidak ada satupun yang berani memberikan perhatian dan berdialog dengan Hamas. Padahal, Hamas sudah mengikuti proses demokrasi, pemilu di tahun 2006, dan menang. Tapi, kenyataannya negara-negara Eropa,justru mengikuti kehendak Israel, dan menolak dialog dengan Hamas, serta masih menuduh gerakan itu sebagai kelompok teroris.
Martin Schultz, Ketua Parlemen Eropa dari kubu Sosialis, Jerman, menyerukan agar Eropa melakukan dialog dengan Hamas, sebagai kapasitas mereka sebuah entitas politik yang sudah ikut dalam proses demokrasi, dan memenangkan pemilu di Palestina . Langkah ini diperlukan bila masyarakat dunia menginginkan proses penyelesaian konflik di kawasan itu secara konfrehensif, dan lebih luas konflik yang sekarang terjadi di Timur Tengah.
Kantor berita Itali, Rabu, mengutip Schultz, menyatakan rekonsiliasi di Palestina menjadi basis bagi penyelesaian dan menjadi jalan bagi kondisi dialog. Pemimpin parlemen dari sayap kiri di Jerman itu, menegaskan langkah Uni Eropa, positip jika bersedia melakukan dialog dengan Hamas. Karena, tidak mungkin sekarang ini mengabaikan faktor Hamas. Karena, sekarang ini di Gaza, dan bahkan di Tepi Barat, Hamas sudah menjadi kekuatan riil politik. Karena itu, menolak dialog langsung dengan Hamas, sesuatu yang tidak masuk akal.
Pemimpin kubu Sosialis di Parlemen Negara-Negara Uni Eropa, mengkritik mereka yang sampai hari ini tidak melakukan dialog dengan Hamas. Menurut Martin, Hamas sudah memenangkan pemilihan Palestina, dan ini adalah tindakan yang ‘salah’. “Ini sama artinya Uni Eropa menolak hasil pemilu, dan integritas para peninjau dari Uni Eropa yang datang ke wilayah”, ujar Martin.
Lebih jauh Martin, menegaskan pandangannya, bahwa Negara-Negara Uni Eropa, kehilangan peluang untuk membuat Hamas menjadi kekuatan politik yang demokratis, tambah Schultz. Selain menyinggung masalah politik, Schultz juga menyerukan seluruh lembaga kemanusiaan yang ada di Eropa untuk membantu membangun kembali Gaza, yang hancur akibat perang yang dilakukan rejim Zionis-Israel. Pernyataan ini disampaikan Schultz, ketika bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa, yang menghadhiri pertemuan dengan pemimpin Palestina Mahmud Abbas.
Sementara itu, mantan Menteri Kehakiman AS, Ramsey Clark, menuduh Israel melakukan genoside di Gaza dengan melakukan pembunuhan terhadap anak-anak,wanita, dan orang tua, tanpa membeda-bedakan. Clark dalam wawancara dengan sebuah mingguan yang terbit di Lebanon, Al-Kifah al-Arabi, menyerukan agar mengadili Israel yang telah melakukan kejahatan perang melalui ICC.
Clark menuduh perjanjian yang ditandangani antara Menlu Israel Tzipi Livni dengan Menlu AS Condoleeza Rice, yang tujuannya untuk memerangi penyelundupan senjata tidak syah dan illegal. Karena, ini hanya sepihak, dan Israel sendiri menerima banyak senjata dari AS, secara illegal. Perjanjian itu ditandatangani hanya beberapa hari menjelang Condoleeza Rice meninggalkan departemen luar negeri AS. (m/fic).