Investigasi terhadap kasus kematian 24 warga sipil Irak di kota Haditha menemukan bukti yang mendukung dugaan bahwa anggota marinir AS memang sengaja menembak warga sipil dalam kasus tersebut.
Hal tersebut diungkapkan para intelejen dari Naval Criminal Investigative Service yang sudah menyelesaikan penyelidikan awal, terhadap kasus yang terjadi pada bulan November 2005 itu.
Sejumlah pejabat di Pentagon yang tidak bersedia disebut identitasnya mengungkapkan, penyelidikan lanjutan kemungkinan akan dilakukan setelah jaksa penuntut dari korps Marinir dan angkatan laut AS mengkaji bukti-bukti dan memutuskan apakah akan merekomendasikan tuduhan kriminalitas. Rekomendasi itu akan diputuskan oleh komandan unit Marinir.
Peristiwa pembantaian 24 warga sipil di kota Haditha, Irak sempat menjadi perdebatan hangat. Laporan awal pihak Marinir menyebutkan, peristiwa itu tidak lebih sebagai insiden ‘kecelakaan’ di mana belasan warga sipil itu tewas akibat ledakan bom yang dipasang di jalan dan akibat terperangkap dalam baku tembak antara pasukan Marinir AS dan kelompok pejuang di Irak.
Sementara, laporan majalah Time edisi Maret 2006 menyebutkan bahwa pembunuhan yang korbannya termasuk kaum wanita dan anak-anak itu dilakukan dengan sengaja oleh pasukan Marinir. Time menulis laporan tersebut berdasarkan pengakuan dari saksi mata dan laporan kelompok-kelompok pemantau hak asasi manusia.
Komandan Marinir AS, Mayor Jenderal Richard Zilmer kemudian memerintahkan penyelidikan atas kasus tersebut. Penyelidikan kedua dilakukan untuk mengetahui apakah rantai komando di unit Marinir berupaya menyembunyikan atau menutup-nutupi kasus itu.
Hasil penyelidikan awal secara resmi belum diumumkan ke publik. Sejumlah pejabat dikritik karena gagal menuntaskan adanya perbedaan yang jelas dalam laporan awal tentang apa yang sebenarnya terjadi di Haditha. (ln/aljz)