Mantan wakil presiden AS, Al-Gore menyatakan bahwa pemerintahan AS saat ini sudah melakukan ‘tindakan sewenang-wenang yang sangat buruk’ terhadap negara-negara Arab, paska peristiwa 11 September dan tindakan itu sama sekali tidak mendapat dukungan dari rakyat AS.
Berbicara di depan forum negara-negara Arab, Minggu (12/2), Gore mengatakan bahwa negara-negara Arab ‘sudah masuk perangkap diskriminasi’ dan terkepung dalam kondisi ‘yang tidak bisa dimaafkan’ yang dilakukan oleh AS. Sebagai contoh, Gore menilai pemerintahan Bush sebenarnya sudah terjebak dalam permainan Al-Qaida dengan melakukan penolakan terhadap permohonan visa warga Arab Saudi.
"Cara penanganan visa tanpa pikir panjang yang terjadi sekarang ini adalah sebuah kesalahan," kata Gore dalam acara Jeddah Economic Forum. "Hal yang paling buruk yang mungkin dilakukan AS adalah memutus hubungan dan kerjasama dengan Arab Saudi," sambungnya.
Di AS sendiri, tambah Al-Gore, banyak warga Arab yang diperlakukan diskriminatif, kadang hanya dengan tuduhan ringan seperti melewati batas waktu izin tinggal atau hanya karena tidak memiliki kartu hijau. "Patut disayangkan banyaknya tindakan yang sewenang-wenang itu dan ini salah. Saya ingin sekali anda semua mengetahui bahwa itu semua tidak mewakili keinginan atau harapan mayoritas rakyat AS," ujar Gore.
Meski demikian, Gore punya pendapat berbeda dengan masalah Iran. Hampir sama dengan petinggi pemerintahan AS lainnya, Gore mengajak negara-negara Arab untuk menentang program nuklir Iran. Ia bahkan mengatakan ‘korupsi sudah menjadi endemi’ di kalangan elit agama dan elit politik Iran.
"Apakah hanya Barat saja yang mengatakan nuklir Iran berbahaya? Kita seharusnya memiliki banyak orang di wilayah ini yang juga mengatakan nuklir Iran berbahaya," kata Gore.
Pada kesempatan itu, sejumlah hadirin asal negara-negara Arab mengkritik kebijakan AS mendukung Israel. Para diplomat AS kerap mendesak PBB untuk mengeluarkan resolusi yang targetnya adalah negara-negara Arab. Mendapat kritikan semacam itu, Gore menolak memberikan tanggapan.
Bush Tidak Paham Soal Kebutuhan Energi Global
Dalam Jeddah Economic Forum, Wakil Ketua Chevron Corp. Peter Robertson juga mengkritik Presiden AS George W. Bush yang dinilainya tidak memahami masalah kebutuhan energi global. Robertson mengungkapkan hal tersebut terkait dengan pidato Bush belum lama ini yang mengatakan bahwa AS akan mengakhiri ketergantungannya terhadap produksi minyak Timur Tengah sebanyak 75 persen pada tahun 2025.
"Pernyataan tentang ketidaktergantungan AS terhadap sumber energi sama sekali tidak beralasan," kata Robertson.
"Saya meyakini minyak dari Timur Tengah bisa dan harus memainkan perananan utama dalam sistem. Sumber-sumber minyak yang besar di Arab Saudi akan terus mempromosikan tentang keamanan energi internasional dan akan menjadi kekuatan yang moderat dalam menyeimbangkan antara permintaan dan persediaan," papar Robertson. (ln/cbsnews)