Itulah kalimat yang dilontarkan Bisher al-Rawi dalam pernyataannya setelah bebas dari kamp tahanan Guantanamo. Selama lima tahun mendekam di penjara yang disebutnya mengerikan itu, al-Rawi akhirnya bisa kembali ke Inggris-negara tempat ia tinggal-dan berkumpul dengan keluarganya.
Al-Rawi yang dibebaskan pada Minggu (1/4), ditangkap pada November 2002 ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke Gambia. Ibu al-Rawi yang selama ini berkampanye dalam upaya membebaskan puteranya itu mengatakan, al-Rawi ke Gambia untuk membantu kakak laki-lakinya membangun bisnis pengolahan minyak dari kacang tanah.
Pembebasan al-Rawi diumumkan seminggu sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Inggris Margaret Beckett. Dalam pernyataan tertulisnya, Beckett mengatakan, meski al-Rawi bukan warga negara Inggris, ia punya hak untuk hidup di Inggris dan pemerintahn sudah melakukan "pembicaraan yang ekstensif untuk mengantisipasi implikasi dari kembalinya al-Rawi" ke Inggris.
Al-Rawi menjadi tahanan ke-8 asal Inggris yang dibebaskan dari kamp penjara Guantanamo milik AS. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi warga Inggris yang masih ditahan di kamp penjara milik AS itu.
Dalam pernyataannya, al-Rawi mengungkapkan tentang situasi "tanpa harapan" dan "isolasi ekstrim" yang dialami para tahanan di kamp penjara Guantanamo. Al-Rawi sendiri, menurut kuasa hukumnya Clive Stafford-Smith, mengalami gejala gangguan psikologis akibat pengalaman buruk selama empat tahun di penjara Guantanamo.
"Kondisi di mana ia ditahan lebih buruk dari deretan kematian manapun yang pernah saya saksikan, " kata Stafford.
Al-Rawi dan keluarganya pindah dari Irak ke Inggris, 20 tahun yang lalu setelah ayahnya ditangkap dan disiksa oleh rejim pemerintahan Saddam Hussein. (ln/commondreams/AFP)