Eramuslim.com – Mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh akhirnya mengaku secara terbuka jika dirinya memang bersekutu dengan pemberontak syiah Houthi. Pernyataan dukungan ini terlontar setelah kediamannya di Sanaa, ibu kota Yaman, dihantam dua serangan udara koalisi Arab.
Saleh yang dipaksa mundur oleh rakyatnya dari jabatan nomor satu di Yaman pada 2012 lalu, lolos dari serangan yang dilancarkan koalisi Arab, kemarin. Berdasarkan pemberitaan Al Jazeera, Saleh sedang tak berada di tempat saat bom jatuh dan meledak di kediamannya. Pemboban itu akhirnya menewaskan tiga penjaga rumah dan tiga bangunan milik sang mantan presiden.
Sebelumnya, keberpihakan Saleh terhadap syiah Houthi hanya sebatas tudingan. Tudingan itu terlontar kala ia disebut-sebut berada di balik upaya penggulingan terhadap Presiden Yaman yang sah pilihan rakyat, Abd-Rabbu Mansour Hadi, Februari lalu.
Menanggapi serangan yang menjadikan rumahnya sebagai target, Saleh mengatakan, agresi yang dilakukan oleh koalisi Arab tak ubahnya seperti tindakan seorang pengecut. “Jika Anda cukup berani, datang dan mari berhadapan di medan perang,” sesumbarnya.
Sebelumnya, Pemberontak Yaman yang disokong Iran, syiah Houthi, menerima tawaran gencatan senjata Arab Saudi selama lima hari. Gencatan senjata itu akan dimulai pekan depan. Dengan gencatan senjata ini, diharapkan bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Yaman. Juru bicara pemberotak syiah Houthi, Kolonel Sharaf Luqman mengatakan bahwa mereka menerima gencatan senjata namun akan tetap melawan serangan dari para loyalis Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi dan militan al-Qaidah.
“Setiap pelanggaran gencatan senjata dari al-Qaidah dan mereka yang berdiri bersama mereka akan direspon,” ujar Luqman.
Telah enam minggu Arab Saudi dan para sekutunya melancarkan serangan ke markas pemberontak syiah Houthi di Yaman, menewaskan lebih dari 1.300 orang. Kondisi di kota-kota yang dikuasai Houthi juga kian mengenaskan, warga kesulitan makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Lembaga bantuan kemanusiaan dan beberapa negara, termasuk Indonesia, mendesak dilakukannya gencatan senjata agar bantuan dapat masuk. Kantor berita di Iran, Tasnim, mengatakan bantuan dari Teheran akan berangkat ke wilayah pelabuhan Laut Merah di Hudaida hari ini. Iran selama ini membantah membantu Houthi kendati berbagai bukti menunjukkan sebaliknya.
Negara-negara Sunni di kawasan meyakini Iran menggunakan pasukan pemberontak Syiah Houthi untuk menguasai negara di Semenanjung Arab itu. Iran dan Houthi juga dituduh telah memblokir akses bantuan internasional pada warga.
Gencatan senjata ini juga diragukan penerapannya, banyak yang sangsi syiah Houthi akan memenuhi janji.
“Kami ragu Houthi akan berpegang pada perjanjian gencatan senjata karena sebelumnya mereka berkali-kali melanggar komitmen politik yang mereka buat sendiri di masa lalu,” kata seorang militan pro-Hadi pada Reuters. (rz)