Mantan Napi Jamaah Islamiyah di Mesir, dari Penjara Jeruji ke "Penjara" Pengangguran

Abdullah, sarjana ekonomi dan politik di Mesir, tak memiliki pekerjaan lain kecuali menjual biskuit di jalan-jalan dan di sejumlah halte bis. Ia adalah manyan aktivis Jamaah Islamiyah yang setelah keluar dari penjara berjeruji, masuk ke "penjara" pengangguran.

Abdullah mengatakan, “Setelah keluar dari penjara, dan saya dikembalikan pada kehidupan normal di kampung Manya, saya tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keahlian saya.

Saya lalu dihadapkan pada pertanyaan yang harus segera dijawab, “Bagaimana saya bisa hidup?” Akhirnya saya mendapati kenyataan bahwa saya hanya bisa berjualan kue dan susu dari satu tempat ke tempat lain. ”

Ini cuma satu contoh saja dari sejumlah anggota kelompok gerakan Islam yang kemudian hidupnya terlilit kesulitan ekonomi, setelah ia keluar dari penjara dan berusaha mandapatkan lapangan pekerjaan. Mereka umumnya mendapat kesulitan luar biasa untuk mengais rezeki. Sehingga muncullah istilah, dari penjara jeruji, masuk ke "penjara" pengangguran. Itulah yang dikatakan Dr. Najih Ibrahim, salah satu pimpinan Jama’ah Islamiyah Mesir dalam keterangannya kepada Islamonline.

Ia mengatakan, “Jumlah anggota Jamaah Islamiyah yang keluar dari penjara hingga saat ini mendekati angka 12 ribu orang. Kebanyakan mereka ditahan sekitar 12 tahun lamanya. Mereka tak mendapat bantuan apapun dari gerakan Islam lainnya untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak. Di sisi lain, pemerintah Mesir nampaknya tak bisa banyak membantu perekonomian mantan napi politik itu.

“Masalah sebenarnya adalah karena kebanyakan para mantan tahanan itu sudah berusia di atas 40 tahun. Mereka jelas tidak mempunyai pekerjaan, tidak mempunyai isteri dan bahkan sebagian tidak mempunyai keluarga. Sebagian ada yang saat dibebaskan mendapati kedua orang tuanya sudah tiada. Atau keluarganya dalam kondisi sakit parah sehingga sangat mengandalkan bantuan mantan tahanan itu. Padahal si anak tidak mempunyai andalan sumber ekonomi yang jelas, ” papar Dr Najih Ibrahim

Kesulitan lain yang dialami para mantan tahanan karena menjadi aktifis Jamaah Islamiyah adalah, kebanyakan mereka menderita penyakit akut, seperti tbc, sakit jantung, dan semacamnya. ”Meskipun ada upaya pengobatan beberapa waktu terakhir di penjara, tapi hasilnya tetap saja kebanyakan tahanan kesehatannya sangat lemah, ” ujar Najih.

”Sebagian tahanan bahkan terdiri dari satu keluarga yang awalnya hidup dalam ekonomi baik, mereka terdiri dari enam atau tujuh orang. Tapi dengan lamanya masa tahanan di tambah banyaknya uang yang dikeluarkan untuk pembelaan hukum, keluarga itu setelah dikeluarkan dari tahanan menjadi keluarga miskin, ” tambah Najih.

Jamaah Islamiyah melakukan merger pada tahun 1970-an dengan organisasi Islam, Al-Jihad. Keduanya dituduh bertanggung jawab atas rencana dan pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat pada 1981. Jamaah Islamiyah juga dituding bertanggung jawab atas gelombang kekerasan yang terjadi di Mesir pada 1990, terutama serangan yang terjadi pada 1997 di Luxor yang menewaskan 58 orang. Korban tewas dalam peristiwa itu kebanyakan para turis.

Jamaah Islamiyah sendiri menegaskan bahwa mereka sudah meninggalkan taktik perjuangan mereka yang menggunakan kekerasan dan pada tahun 2003 organisasi ini menerbitkan sebuah buku yang isinya menjelaskan perubahan ideologi mereka. (na-str/iol)