Bagi Avraham Burg, Israel tidak ubahnya sebagai "perkampungan kaum Zionis yan mengidap paranoid bahwa eksistensinya akan terancam. Sikap paranoid itu, menurut Burg ditunjukkan dengan pembangunan tembok pemisah dan penggunaan kekuatan militer sebagai satu-satunya bahasa untuk menyelesaikan krisis. Sepak terjang Israel itu, tambah Burg, mirip dengan sepak terjang Nazi Jerman.
Avraham Burg adalah seorang mantan anggota parlemen Israel (Kneseet). Dalam wawancara dengan majalah mingguan Haaretz edisi Jumat (8/6), Burg membeberkan betapa buruknya kondisi Israel saat ini. Rakyat Israel, kata Burg dalam wawancara itu, kini sedang merasa sangat dipermalukan, mereka merasa seluruh dunia menolak mereka, kekalahan perang yang tak terjelaskan, dan pemusatan militerisme sebagai identitas Israel. Selain itu, Israel kini menjadi tempat tentara-tentara yang disersi, banyak warga bersenjata di jalan-jalan. Untuk apa semua itu, selain menunjukkan pada publik bahwa mereka menghendaki "orang Arab keluar."
Burg menjadi kepala Knesset pada tahun 1999-2003, dan baru saja menulis sebuah buku berisi kritikan terhadap perilaku Zionis. Dalam buku berjudul "Defeating Hitler" Burg menyebut Israel sebagai "perkampungan kaum Zionis, tempat para imperialis yang hanya percaya pada dirinya sendiri. " Burg menolak sebutan Israel sebagai negara bangsa Yahudi. Israel yang sekarang, kata Burg, hanya berisi tubuh-tubuh manusia tanpa jiwa.
"Secara spiritual, mereka sudah mati. Mereka hanya punya tubuh Israel. Jika mereka terus seperti ini, mereka tidak akan bertahan lama. Saya melihat masyarakat saya dan tempat saya dibesarkan serta rumah saya sudah hancur, " kata Burg pesimis dengan masa depan Israel.
"Israel sekarang adalah sebuah masyarakat yang menakutkan. Israel adalah negara trauma dalam segala dimensi, " sambungnya.
Burg mencontohkan pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat yang menurutnya menunjukkan betapa ketakutannya Israel. Ia juga mengatakan bahwa Israel tidak bisa menjadikan Holocaust sebagai alasan untuk menggunakan kekuatan militer sebagai satu-satunya jawaban atas tantangan yang dihadapinya. Burg mengecam kebijakan Israel yang menargetkan pembunuhan terhadap para aktivis dan pejuang Palestina.
"Kita sudah menerjang banyak garis merah dalam beberapa tahun belakangan ini. Entah garis merah apa lagi yang akan kita langgar besok. Lihatlah bagaimana hubungan antar individu, dengarlah perbincangan mereka, lihatlah grafik kekerasan di jalan-jalan, lihatlah wajah Israel sekarang di cermin, " kata Burg dengan nada menyindir. (ln/iol)