Dalam pernyataannya di e-mail, Jihad Makdissi mengatakan ia dalam posisi netral pada konflik yang telah berlangsung selama 23 bulan dan menewaskan lebih dari 60.000 orang tersebut.
Jihad Makdissi, mantan jubir kemenlu Suriah, telah mengatakan kenetralannya dalam konflik tersebut, saat ia memecah kebungkamannya untuk pertama kali sejak meninggalkan negara Desember lalu.
“Saya meninggalkan Suriah karena perpecahan dalam negara telah mencapai tingkat yang mematikan dan menghancurkan … Saya meninggalkan medan perang, bukan negara dalam keadaan normal, dan saya meminta maaf kepada mereka yang memepercayakan kredibilitas saya dan juga karena saya pergi tanpa pemberitahuan sebelumnya,” katanya dalam sebuah pernyataan di surel pada hari Rabu.
Makdissi, salah satu tokoh terkenal rezim Presiden Bashar al-Assad yang menghilang dari publik pada bulan Desember lalu, mengatakan bahwa ia sekarang tidak berpihak kepada pemerintah di Damaskus begitu juga kepada oposisi, yang telah berjuang menggulingkan rezim Assad selama dua tahun.
“Saya tidak memihak siapa pun; Saya independen,” kata Makdisi, menambahkan bahwa ia tidak memegang rahasia negara sedikit pun, dan tidak ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan di rezim.
“Tujuan-tujuan pergerakan pejuang benar – secara prinsip dan makna – dan telah memenangkan pertempuran-pertempuran, karena seluruh elemen masyarakat akan memihak yang lemah dan kebenara yang dirindukan seluruh masyarakat.”
“Namun mereka belum memenangkan pertempuran pemikiran, karena banyak penyebab
Makdisi memberikan kritik terhadap kritik pro-rezimnya “waktu yang tepat untuk mencela saya dan segera menyalahkan saya atas ketidaksetiaan, tanpa menghargai nyawa 65.000 syuhada Suriah”.
“Saya berharap bisa tinggal di tanah Suriah, namun tidak ada lagi ruang bagi moderasi dalam kekacauan ini,’ Makdissi menjelaskan mengenai perang ini, yang dimulai sebagai peningkatan popularitas namum secara kontan melakukan militarisasi di bawah kekuasaan brutal dominasi negara. (aljazeera)