Mantan Informan Polisi AS, "Hati Saya Sakit, Semua Orang Percaya Saya Pengkhianat"

Usamah Eldawoody, warga Mesir yang berimigrasi ke AS sejak tahun 1986 tak pernah membayangkan akan hidup dalam persembunyian demi keselamatan diri dan keluarganya.

Pasalnya, ia kini menghadapi persoalan yang membuat posisinya sulit baik di mata aparat keamanan maupun warga Muslim AS.

Eldawoody adalah seorang informan bayaran yang bekerja untuk Kepolisian New York. Selama 13 bulan menjadi informan di rentang waktu tahun 2003-2004, New York Police Departement (NYPD) membayar Eldawoody sebesar 25 ribu dollar. Sekarang, NYPD menanggung biaya sewa tempat tinggalnya dan menggajinya 3. 200 dollar per bulan.

Sebagai informan, ia diperintahkan mengunjungi masjid-masjid sebelum akhirnya diperintahkan melakukan infiltrasi ke organisasi Islamic Society of Bay Ridge, New York. Ia memberikan laporan mulai dari nomer plat mobil yang ada di halaman parkir, sampai isi dari perdebatan dan ceramah-ceramah di yang diselenggarakan di komunitas itu pada contact person-nya di NYPD.

Eldawoody sendiri seorang Muslim yang taat dan relijius. Ia tidak pernah meninggalkan sholat, bahkan bisa bersikap ekstrim. Misalnya saja, ia menolak kehadiran non-Muslim di dalam masjid.

Kehidupannya berubah total sejak ia membantu Shahawar Matin Siraj, seorang imigran asal Pakistan, terdakwa yang dituduh meerencanakan aksi serangan bom di stasiun bawah tanah yang berlokasi di 34th Street Manhattan. Eldawoody dituding ikut berperan dalam rencana itu.

Sejak itu, ia menghadapi dua tuduhan. Tuduhan sebagai orang yang bisa membuat orang lain berpotensi melakukan tindak terorisme dan tuduhan bahwa ia telah memanfaatkan remaja seperti Siradj untuk merencanakan serangan teroris. Melihat situasi yang makin tidak kondusif, Eldawoody dipaksa untuk bersembunyi di suatu tempat.

Meski biaya hidupnya ditanggung NYPD, ia tidak bisa menutupi kegundahan hatinya hidup dalam persembunyian. Ia bahkan sulit untuk bertemu muka dengan sanak keluarga yang lain Tak seorang kerabat Eldawoody yang diizinkan tahu di mana ia tinggal sekarang.

Dalam wawancara dengan surat kabar Washington Post, yang dimuat di edisi Selasa (29/5), Eldawoody menyampaikan keluh kesah atas kondisi kehidupannya saat ini dan apa yang ia rasakan.

"Ini sangat menyakitkan hati saya. Setiap orang percaya bahwa saya adalah pengkhianat, " tukasnya.

Eldawoody mengaku mengalami depresi dan jadi melankolis. Dia masih khawatir dengan kesalamatan jiwanya, sehingga ia hampir tidak pernah pergi ke masjid lagi sejak dalam persembunyian.

Dia juga sering tidur larut malam dan berusaha membela diri lewat fasilitas chatting di dunia maya yang diperuntukkan bagi para Muslim. Ia menolak disebut sebagai agen provokator, julukan yang diberikan padannya di chatting room.

Eldawoody, yang sebenarnya sarjana di bidang teknologi nuklir ini, kini tak memiliki pekerjaan. Kehidupan keluarganya pun sempat kacau balau. Dalam suatu masa, ia pernah dijauhi oleh isterinya, Fonta dan Eldawoody tak bisa bertemu dengan anak perempuannya Marwa yang masih berusia 10 tahun.

"Marwa harus sekolah. Saya akan melakukan apa saja untuk melindunginya, " kata Fonta waktu itu.

Namun Eldawoody dan keluarganya akhirnya bersatu kembali. "Apa yang bisa saya lakukan? Saya ingin anak saya hidup dengan ayahnya, " kata Fonta dengan nada putus asa.

Kini, Eldawoody dan keluarnya benar-benar hidup dalam isolasi. Mereka bahkan tidak mau mengatakan di mana mereka berada pada kerabat-kerabatnya.

"Di dunia, " begitu jawab Fonta ketika adik perempuannya menelpon dan menanyakan di mana ia tinggal sekarang.

Anak perempuan mereka, Marwa juga tidak diizinkan mengontak teman-teman lamanya. Marwa hanya bisa menulis surat-surat yang tidak pernah bisa ia kirimkan.

Sementara itu, Siraj sudah dijatuhi hukuman 30 tahun penjara pada bulan Januari lalu. Keluarga Siraj menuding Eldawoody lah yang menjadi penyebab Siraj dijebloskan ke penjara. Bagi keluarga, teman dan kuasa hukum Siraj, Siraj hanya seorang anak muda yang lugu, yang tidak ada kaitannya dengan kelompok teroris.

Kuasa hukum Siraj, Martin R Stolar menuding Eldawoody sengaja mendekati, menjebak dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran Siraj. Stolar mencontohkan, ketika Siraj menanyakan apakah Eldawoody bisa membuat bom, dijawab bisa. Eldawoody juga dituding telah menyuruh Siraj untuk mendapatkan material-material untuk membuat bom dari para mafia asal Rusia serta tuduhan-tuduhan lainnya. Namun Eldawoody membantah semua tuduhan itu. (ln/iol)