Kegeraman meledak di Whitehall setelah seorang mantan utusan Kabul mengklaim bahwa mantan komandan pasukan Inggris berkomitmen untuk perang di Afghanistan karena mereka takut anggarannya dipotong jika mereka tidak juga menggunakan tenaga tentara.
Sir Sherard Cowper-Coles mengatakan, dia telah diberitahu oleh mantan kepala Angkatan Darat, Jenderal Sir Richard Dannatt, bahwa jika ia tidak kembali mengerahkan pasukan yang bebas tugas dari Irak, ia akan kehilangan mereka dalam anggaran pertahanan masa depan.
Dalam sebuah memorandum tertulis kepada Komite Urusan Luar Negeri, ia mengatakan bahwa Afghanistan telah menyedot sumber daya ‘tak terduga’.
Dannatt sendiri langsung membantah keras tuduhan tersebut dan menyebut komentar itu sebagai suatu komentar yang memalukan, seraya menambahkan: "Ini bukan urusannya untuk berpendapat tentang Angkatan Darat. Dia juga sudah kebablasan. "
Namun Sherard mengatakan kepada The Times: "Saya khawatir, dia berbohong. Saya ingat dia mengatakan hal itu, di kantornya di Kementerian Pertahanan. "
Sherard mengatakan bahwa komandan perang Inggris memandang misi di Afghanistan sebagai sebuah kesempatan untuk menebus reputasi mereka di mata orang Amerika setelah kritik terhadap kinerja mereka di Basra.
‘Perang di Afghanistan telah membuat tentara Inggris sebuah raison d’etre; memiliki kekurangan selama bertahun-tahun, dan sumber daya baru dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.
‘Di mata Angkatan Darat, Afghanistan juga telah memberikan pasukan kami kesempatan untuk menebus diri mereka, di mata Amerika, di tengah persepsi negatif, tentang kinerja Angkatan Darat Inggris di Basra.”
“Dengan latar belakang itu, Kepala Staf Umum, Sir Richard Dannatt, mengatakan kepada saya di musim panas 2007, bahwa jika ia tidak menggunakan pasukan perangnya di Afghanistan, maka ia akan kehilangan anggara masa depan pertahanan mereka.”
"Jadi gunakan, atau kehilangan” katanya.
Seorang mantan komandan brigade di Helmand yang tak mau disebutkan namanya berkata: "Banyak analisis (Sir Sherard) tentang militer adalah benar.” (sa/dailymail)