Sekitar 150 astronot, ulama, akademisi dan kalangan profesional akan menggelar pertemuan di Malaysia pada Selasa (25/4), untuk mencari jawaban atas pertanyaan penting tentang waktu sholat dan arah kiblat, ketika seorang astronot Muslim melakukan perjalanan ke bulan, karena ia harus tetap melakukan ibadah sholatnya.
Kantor Berita Malaysia Bernama melaporkan, konferensi itu diselenggarakan oleh Badan Ruang Angkasa Nasional Malaysia, Angkasa, selama dua hari, menyusul rencana Malaysia yang akan mengirimkan astronot pertamanya ke ruang angkasa, Oktober mendatang.
Malaysia sudah menetapkan empat orang yanga akan dipilih menjadi astronot pertama dari negeri Jiran itu. Mereka adalah Syeikh Muszaphar Shukor, 34, Dr. Faiz Khalid, 26, Eng. S. Vanajah,35 dan seorang pilot Muhammad Faiz Kamaluddin,34, tiga di antaranya adalah Muslim.
Seleksi akan memilih dua orang calon yang akan dilatih di Rusia. Namun hanya satu orang saja yang akan dipilih untuk ikut dalam ekspedisi ruang angkasa ke International Space Station (ISS), Oktober mendatang.
Direktur Jenderal Angkasa, Mazlan Othman mengatakan, ISS berputar mengelilingi bumi sebanyak 16 kali dalam 24 jam. Artinya dalam satu hari, ada 16 kali siang dan 16 kali malam.
"Hal ini akan mempengaruhi astronot yang Muslim dalam melakukan kewajiban sholat dan sebagainya," kata Othman.
Seperti diketahui, dalam melaksanakan sholat, umat Islam harus menghadap ke arah Ka’bah yang terdapat di kota suci Makkah. Menentukan arah mana yang harus menjadi patokan ketika seorang Muslim berada di luar angkasa, merupakan sebuah tantangan.
Astronom asal Malaysia yang juga Wakil Presiden Asosiasi Hukum Islam dan menjadi ketua panitia komite kordinasi, Syed Kamarulzaman Syed Kabeer mengatakan, konferensi untuk membahas waktu sholat dan arah kiblat bagi seorang Muslim yang sedang berada di ruang angkasa, akan menjadi konferensi yang baru pertama kali diselenggarakan oleh dunia Islam.
Konferensi dua hari itu juga akan mempertimbangkan bagaimana seorang astronot Muslim berwudhu di ruang angkasa dengan menggunakan perbekalan air dan bagaimana mereka menyiapkan makanan menurut standar-standar Islam.
"Sejauh ini, Angkasa belum mendiskusikan masalah-masalah ini dengan Rusia, karena para kandidatnya belum diputuskan dan kebutuhan akan astronot-astronot Malaysia belum ditentukan," jelas Othman.
"Kami harus membuat persiapan untuk membicarakan persoalan ini dengan Rusia ketika saatnya tiba," sambungnya.
Malaysia yang berpenduduk sekitar 26 juta jiwa, 60 persennya adalah warga Muslim. Agama lain seperti Budha, Hindu dan Kristen dianut oleh 35 persen warga lainnya dari etnis Cina dan India.
Persetujuan untuk mengikutsertakan seorang astronot dari Malaysia dalam pesawat ruang angkasa Rusia adalah bagian dari kesepakatan bernilai milyaran dollar untuk membeli 18 pesawat jet tempur jenis Sukhoi 30-MKM dari Rusia.
Malaysia sendiri mengungkapkan rencananya untuk mengirim astronot pertamanya ke bulan pada 2020. (ln/iol)