Universiti Sains Malaysia (USM), salah satu universitas terkemuka di Negeri Jiran, berhasil mendisain program yang mampu melacak posisi para jamaah haji selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Program yang dirancang sejak tahun 2007 lalu, bernama Pilgrim Tracking Management System (PTMS).
Keberhasilan itu diumumkan oleh Ahmad Zahid Hamidi, pejabat di departemen Perdana Menteri Malaysia dalam acara seminar kedua tentang pelaksanaan ibadah haji yang berlangsung di Kuala Lumpur. "Prototipe ini adalah kesuksesan besar, " kata Ahmad Zahid seperti dilansir surat kabar The Star edisi Selasa (29/7).
Program berteknologi canggih yang dibuat atas kerjasama dengan Umm-Al-Qura University di Makkah ini, tidak hanya bisa digunakan untuk mengetahui posisi para jamaah haji, tapi juga bisa digunakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan ritual haji.
Uji coba program ini, kata Ahmad Zahid, sudah dilakukan tahun lalu dengan menggunakan tas-tas yang dibawa oleh sejumlah jamaah haji.
"Uji coba utamanya akan dilakukan selama musim haji tahun ini, " ujar Ahmad Zahid.
Dalam tahap selanjutnya, menurut Ahmad, para peneliti di USM akan menggunakan sistem identifikasi dengan menggunakan frekuensi RFID) radio untuk melacak pergerakan para jamaah haji. Jika program ini sukses, sambung Ahmad, jamaah haji di seluruh dunia boleh menggunakan teknologi temuan Malaysia ini.
Program PTMS akan diperkenalkan ke pasaran dalam lima tahun ini. Sistem pelacakan meliputi paspor, kartu kesehatan, tas-tas bawaan jamaah haji dan tag RFID yang akan dipindai dengan menggunakan alat scanning di sejumlah lokasi di Makkah.
Lebih lanjut Ahmad Zahid mengatakan perlunya pemanfaatan teknologi untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi para jamaah yang sedang menunaikan ibadah haji.
"USM adalah salah satu dari banyak institusi di dunia yang diberi tugas untuk mengembangkan produk dan jasa, yang bisa menciptakan kondisi yang lebih baik bagi para jamaah haji. Pelayanan di Makkah dan Madinah perlu dilengkapi dengan fasilitas berteknologi modern, " papar Ahmad.
"USM sedang membuat sistem yang bisa digunakan dalam 50 sampai 100 tahun ke depan, seiring dengan akan makin bertambahnya jumlah jamaah haji, " sambungnya. (ln/iol)