Sebuah polling terbaru menunjukkan makin muaknya masyarakat dunia dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Para responden dari berbagai negara menyatakan bahwa AS tidak bisa dipercaya mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, di tengah situasi dunia saat ini.
Sejumlah responden juga menginginkan AS untuk segera menarik perannya sebagai polisi dunia.
"Ada trend yang jelas terkait dengan makin dalamnya sikap negatif terhadap AS dalam hal bagaimana negara itu menerapkan kebijakan luar negerinya, " kata Christopher Whitney, direktur eksekutif Chicago Council on Global Affairs yang juga mengkordinir pelaksanaan polling di 18 negara.
Whitney menambahkan, AS sudah lama menuai kritik dari dunia internasional karena kebijakan luar negerinya yang kerap melakukan intervensi ke negara lain. Dari hasil survei terbaru itu, jelas terlihat rasa frustasi masyarakat dunia terhadap AS makin meluas, lebih dari yang dibayangkan sebelumnya. Rasa frustasi itu makin mendalam ketika AS melakukan invasi ke Irak.
Dalam survei tersebut ditanyakan, seberapa besar kepercayaan responden bahwa AS bisa bertindak dengan penuh tanggung jawab di dunia? Hasilnya, mayoritas responden menjawab "tidak percaya sama sekali" dan "tidak tidak terlalu percaya.
Responden yang menjawab dengan dua jawaban itu antara lain di negara Argentina (84 persen), Peru (80 persen), Rusia (73 persen), Prancis (72 persen), Armenia (58 persen), Indonesia (64 persen), China (59 persen), Thailand (56 persen), Korea Selatan (53 persen), India (52 persen) dan lebih dari sepertiga responden di Australia (40 persen) serta Ukraina (37 persen).
Sementara negara Filipina dan Israel, terbukti sebagai negara yang mendukung AS, masing-masing 85 persen dan 81 persen responden di dua negara itu mengatakan bahwa mereka percaya pada AS, diikuti dengan Australia (59 persen) dan Polandia (51 persen).
Dari hasil survei itu juga diketahui, tiga dari empat orang Amerika menyatakan bahwa negara mereka cenderung untuk "campur tangan", lebih dari seharusnya. Pandangan ini juga berlaku di mayoritas responden di Prancis (89 persen), Australia (80 persen), China (77 persen) dan Rusia (76 persen). (ln/arabnews)