Kaum perempuan di Aljazair, kini makin banyak yang lebih memilih tradisi kehidupan Muslim dan mengenakan jilbab.
Surat kabar lokal el-Khabar memuat data statistik yang menunjukkan bahwa 50 persen kaum perempuan di kota-kota besar di Aljazair memilih mengenakan jilbab. Sementara secara nasional, lebih dari 97 persen kaum perempuan Al-Jazair kini sudah mengenakan jilbab.
Sejak tahun 1970-an dan 1980-an, jilbab kembali menjadi trend di Al-Jazair. Namun belakangan ini, jilbab menjadi persoalan tersendiri di negara tersebut. Kaum perempuan yang mengenakan jilbab, banyak yang mengeluh bahwa mereka mengalami diskriminasi saat mencari kerja.
Menurut el-Khabar, perusahaan-perusahaan asing tidak mau menerima calon pegawai yang mengenakan jilbab. Sementara di perusahaan-perusahaan lokal dan kantor-kantor swasta, pegawai perempuan yang berjilbab sering diremehkan.
Pemerintah Aljazair sendiri kurang mendukung kaum perempuan yang mengenakan jilbab. Beberapa bulan yang lalu, Abdulaziz Bouteflika bahkan melontarkan pernyataan provokatif. Ia menyatakan bahwa "jilbab atau kerudung bukanlah busana nasional" Al-Jazair.
Di sejumlah kota di Aljazair, masyarakatnya sebagian ada yang mendukung jilbab dan ada yang tidak. Tapi di wilayah-wilayah gurun, kaum perempunan mengenakan busan khas yang menutup seluruh tubuh, kecuali dua bola matanya saja yang terlihat. (ln/middleeast-ol).