Setelah DK PBB gagal mengeluarkan resolusi mengecam aksi pembantaian Israel di Beit Hanun, dengan suara mayoritas Majelis Umum PBB akhirnya mengeluarkan resolusi mengecam Israel dan membentuk Tim Pencara Fakta Internasional untuk melakukan investigasi aksi kejahatan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dalam operasi militer yang mereka sebut “Mendung Musim Semi” sejak awal November lalu.
Dalam voting, Jum’at (17/11) mayoritas anggota Majelis Umum PBB (156 suara) menyetujui resolusi yang diajukan negara-negara Arab untuk mengecam Israel setelah Amerika, Sabtu (11/11) menggunakan hak veto terhadap resolusi yang diajukan wakil Arab di PBB. Sebanyak 7 negara menyatakan menentang resolusi Majelis Umum termasuk Amerika, Israel dan Australia. Sementara 6 negara abstain, di antaranya Kanada dan Kenya.
Resolusi ini menyerukanpenghentian segerasegala bentuk kekerasan dan aksi teror dari kedua belah pihak dan meminta Sekjen PBB Kofi Annan untuk membentuk Tim Pencari Faktabagi keperluaninvestigasi atas realitas kejatahan Israel tersebut. Resolusi Majlis Umum PBB yang beranggotakan 192 negara ini mencerminkan sikap pemerintah seluruh dunia terhadap apa yang terjadi di Palestina. Resolusi yang diajukan negara-negara Arab ini sukses di Majelis Umum karena di lembaga ini Amerika tidak memiliki hak veto.
Pemantau Palestina di PBB Riyadh Manshour, di hadapan Majelis Umum PBB mengatakan bahwa veto yang digunakan Washington, sebagai sekutu paling kuat Israel, justru memberikan “dorongan kekuatan kepada Israel untuk melanjutkan kejahatan dan aksi-aksi permusuhannya tanpa takut mendapatkan sanksi.”
Amerika dan Israel Mengecam
Duber Amerika untuk PBB John Bolton mengecam resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum PBB dan menganggapnya “sepihak dan tidak seimbang”. Dia melihat resolusi itu menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan lembaga internasional ini dalam menghadapi persoalan-persoalan internasional.
Bolton menambahkan, "Kami yakin PBB berlaku buruk ketika para anggotanya berupaya merubah lembaga (internasonal) ini menjadi mimbar untuk menyerang keras Israel dan Amerika."
Sementara Dubes Israel di PBB, Dan Gilerman mengomentari bahwa aksi serangan Israel yang menewaskan 20 warga sipil Palestina, 10 di antaranya anak-anak dan 7 wanita yang sedang tidur, itu adalah “peristiwa yang disayangkan dan Israel sangat menyayangkan itu terjadi.
Gilerman berdalih agresi militer berkesinambungan Israel di Jalur Gaza tidak terlepas dari serangan roket-roket perlawanan Palestina dan sikap pemerintah pimpinan Hamas yang menolak mengakui negara Israel dan menghentikan "kekerasan" (perlawanan).
Dubes Israel di PBB ini menganggap pemerintah negara-negara anggota PBB akan menjadi "sekutu terorisme" dengan memberikan suara menyetujui resolusi Majelis Umum tersebut. "Tangan-tangan anda akan jadi berlumuran darah orang-orang lemah tak berdosa," ungkap Gilerman. (was/iol)