Mahmud Zohar: Serangan Brutal Israel Justeru Ancam Nyawa Shalit

Mahmud Zohar, Menteri Luar Negeri Palestina, mengingatkan aksi brutal Israel secara massif di Jalur Gaza, bisa mengancam keselamatan kopral Shalit yang kini tengah ditawan oleh pejuang Palestina. Ungkapan ini disampaikan setelah sejumlah sumber politik Palestina mengetahui bahwa Israel menolak penawaran proposal Palestina soal pertukaran tawanan Ghilad Shalit dengan tawanan Palestina di penjara Israel. Informasi yang diperoleh setelah perundingan beberapa hari terakhir, pihak Zionis Israel tidak ingin sama sekali melepas tawanan Palestina.

Dalam wawancara dengan Islamonline, Zohar mengatakan, “Peperangan yang dilakukan Israel lama kelamaan justeru bisa mengancam kehidupan Shalit. Mereka menghantam dan menyerang sejumlah lokasi di mana Shalit diduga disembunyikan di lokasi tersebut. Lalu mereka ternyata tidak mendapatkannya dan justeru mengalami kerugian. Terlebih, akan lebih banyak jatuh korban dan tawanan baru yang akan dilakukan oleh pejuang Palestina, jika Israel memaksa masuk ke wilayah yang lebih luas di Gaza.”

Dengan nada mengancam, Zohar mengatakan, “Kami tidak mempunyai apapun yang membikin kami rugi. Anak-anak kami, kaum wanita kami di penjara sudah menjalani masa tahahan bertahun-tahun. Kami telah dijajah dan diperangi secara terus menerus sejak tahun 1948. Dan selama itu, justru pihak Israel yang menuai kerugian.”

Ia lalu menegaskan, “Bangsa Palestina sangat paham apa yang diinginkan Israel di balik serangan brutal mereka di Gaza. Kami sama sekali tidak akan terpengaruh dengan peperangan ini lalu tunduk pada persyaratan Israel, bahkan meskipun mereka harus mempertontonkan pertumpahan darah di hadapan dunia, di Gaza.”

Sejumlah informasi dari sumber di Palestina menyebutkan, penjajah Zionis Israel memang menolak pembebasan sekitar 1.000 orang tawanan di penjara mereka yang terdiri dari anak-anak di bawah umur dan kaum perempuan. Padahal pihak Palestina juga telah mengajukan nama-nama tawanan secara terperinci yang diminta dibebaskan, dan seluruhnya adalah anak-anak dan kaum perempuan. Sementara penjajah Zionis tetap menyatakan penolakannya melalui mediator Mesir, atas segala permintaan Palestina soal pembebasan tawanan. (na-str/iol)