Presiden Palestina Mahmud Abbas nampaknya lebih suka "berdialog" dengan AS dan Israel ketimbang dengan Hamas untuk menyelesaikan konflik di dalam negerinya. Tawaran dialog Hamas ternyata diabaikan Abbas, ia malah menuding Hamas berencana membunuhnya dan melakukan kudeta di Jalur Ghaza.
Dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Rabu (20/6), Abbas mengkritik Hamas yang dinilainya telah menyerang "simbol-simbol pemerintahan " saat mengambil alih Ghaza, termasuk rumah mendiang Yasser Arafat. Abbas juga menuding kepala biro politik Hamas yang berada dalam pengasingan Khaled Misyaal, berperan serta dalam upaya pembunuhan terhadap dirinya.
Abbas menyatakan pada semua pemimpin Fatah di Tepi Barat bahwa tidak akan ada dialong dengan Hamas yang disebutnya sebagai "teroris pembunuh dan perencana kudeta." Ia juga menuduh Hamas telah mengganti "proyek nasional" dengan "proyeknya sendiri yang kelam."
"Tujuan utama kami adalah mencegah menyebarnya hasutan ke Tepi Barat, mencegah kekerasan oleh kelompok manapun dan bekerjasama dengan siapapun dengan berdasarkan pada hukum, " kata Abbas.
Ia menuding Hamas sedang berusaha membentuk negara sendiri di Ghaza, yang akan memupuskan harapan rakyat Palestina untuk memiliki negara yang merdeka.
"Ini adalah pertempuran antara keinginan nasional dengan mereka yang ingin mendirikan kerajaan kecil di Ghaza, kerajaan Ghaza, pertikaian antara mereka yang menggunakan tindakan pembunuhan untuk mencapai tujuannnya dengan mereka yang menggunakan aturan-aturan hukum, " sambung Abbas menyindir Hamas.
Abbas mengungkapkan bahwa Hamas pernah melakukan upaya pembunuhan terhadap dirinya, ketika ia berkunjung ke Ghaza sebulan yang lalu. Menurut Abbas, orang-orang Hamas menggali terowongan di bawah jalan yang akan dilalui kendaraannya dan meletakkan 250 kilogram bahan peledak di dalamnya.
Abbas mengklaim memiliki rekaman video operasi tersebut, yang memperlihatkan sekelompok anggota Hamas-dikenali dari t-shirt yang dipakai kelompok itu-sedang melakukan penggalian tersebut. Abbas membantah pernyataan Hamas yang mengatakan bahwa terowongan berisi bahan peledak itu ditujukan untuk tentara Israel.
"Saya sudah mengirimkan rekaman video ini ke seluruh negara-negara Arab, untuk menunjukkan apa saja yang sudah dilakukan oleh gerakan hitam ini, " tukas Abbas.
"Para perencana kudeta, dengan kegilaannya telah memberikan kesempatan emas pada mereka yang ingin memisahkan Ghaza dengan Tepi Barat, " sambung Abbas.
Terakhir, Abbas menyerukan Dewan Nasional Palestina agar memberikan dukungan pada pemerintahan yang baru dibentuknya.
Hamas tentu saja bereaksi keras atas pidato Abbas. Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri, menolak mentah-mentah semua pernyataan-pernyataan Abbas.
"Apa yang dikatakannya sangat menjijikan dan sangat tidak layak dilakukan oleh seorang presiden Palestina. Presiden telah membahayakan dirinya sendiri dengan pernyatan-pernyataannya, " tegas Abu Zuhri.
Pejabat Hamas lainnya, Ayman Taha pada AFP mengatakan bahwa pidato Abbas penuh dengan lelucon dan banyak pernyataan-pernyataannya yang tidak sesuai fakta, mengandung banyak kebohongan dan menyesatkan.
Tak lama setelah Abbas menyelesaikan pidatonya, para pendukung Hamas di Jalur Ghaza turun ke jalan. Mereka mengecam Abbas dan menyebutnya sebagai agen Israel dan AS. Dalam aksi itu, mereka membakar bendera AS dan Israel serta membakar gambar-gambar Abbas dan Menlu AS Condoleezza Rice. (ln/aljz)