Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengejek Amerika Serikat sebagai pelayan Israel. Dia menyebut negara Zionis itu berhasil menguasai dunia melalui Negeri Paman Sam.
Kantor berita Bernama melaporkan, Senin (13/8), Mahathir menyebut Amerika boleh saja menjadi negara adi daya. Tapi segala hal menyangkut Negeri Paman Sam itu harus meminta persetujuan dan restu Israel. “Mitt Romney, calon presiden Partai Republik, baru saja berziarah dan membuat janji publik dia akan lebih keras menggempur Palestina dan Iran dibandingkan Presiden Barack Husein Obama,” ujarnya.
Mahathir yakin Obama bakal membuat komitmen serupa dengan calon penantangnya dalam pemilihan presiden November mendatang. Mahathir menyatakan banyak orang tidak sadar dengan strategi usang itu.
Lelaki 86 tahun ini membandingkan Malaysia tidak meminta restu negara tetangga buat memilih pemimpin baru. “Apakah itu relevan?” Mahathir bertanya. Menurut dia, paling masuk akal calon pemimpin itu meminta dukungan kepada rakyat dan partai berkuasa di negaranya, bukan ke negara lain.
Menurut dia, praktek di Amerika malah terbalik. Kandidat presiden dari Demokrat dan Republik harus berjanji setia terhadap negara Bintang Daud itu atau mereka bakal kalah dalam pemilihan. Dia menegaskan Washington DC seolah tidak bisa mengabaikan pandangan dan kebijakan Israel dan kemauan negara itu mesti dituruti. “Seperti ekor mengibaskan anjing,” kata Mahathir mengumpamakan Israel yang kecil mengontrol Amerika sebagai negara adikuasa.
Hubungan khusus Amerika dan Israel ini mulai terjalin jauh sebelum negara itu terbentuk. Amerika menjadi negara pertama mengakui kemerdekaan Israel pada Mei 1948. Hanya dalam hitungan menit selepas David Ben Gurion – kemudian menjadi perdana menteri pertama – membacakan deklarasi – Presiden Harry S. Truman memberikan pengakuan meski ditentang Menteri Luar Negeri George Marshall.
Sejak itu, Amerika kerap menunjukkan sokongan atas Israel, termasuk memveto rancangan deklarasi dianggap merugikan negara Yahudi itu.(fq/merdeka)