Mantan Perdana Menteri Mahathir Muhammad mengungkapkan kekhawatirannya jika Malaysia menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan AS, justru akan merugikan perekonomian dan pemaksaan terhadap kebijakan pemerintah negeri Jiran itu.
"Saya khawatir perjanjian perdagangan bebas dengan AS justru akan merugikan kita," kata Mahathir.
Awal bulan Maret ini,Malaysia dan AS memulai pembicaraan perjanjian perdagangan bebas, setelah AS berhasil mencapai kesepakatan dengan 14 negara, termasuk dengan negara tetangga Malaysia, Singapura dan Australia.
Kekhawatiran Mahathir akan perjanjian itu, karena kecenderungan AS yang mengincar badan-badan usaha milik pemerintah, wilayah utama yang pada masa lalu digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi warga asli Malaysia atau bumiputera. "Saya paham AS secara khusus tertarik untuk mendapatkan akses ke badan-badan usaha milik pemerintah, tapi kita telah memanfaatkan badan-badan usaha itu untuk mengoreksi ketidakseimbangan di bawah New Economic Policy-kebijakan ekonomi baru-untuk memberi kesempatan pada warga Bumiputera. Jika kita rugi, kita tidak akan bisa mengoreksi ketidakseimbangan itu lagi," katanya
Jumlah penduduk Malaysia saat ini sekitar 25 juta orang, 60 persennya adalah etnis Melayu sementara Cina dan India menjadi etnis minoritas. Melalui rencana aksi yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1970, warga asli Malaysia dan beragam kelompok etnis lainnya menerima keuntungan-keuntungan di bidang ekonomi, pendidikan dan manfaat lainnya untuk mempersempit ketimpangan kekayaan dengan etnis Cina.
Namun penerus Mahathir, PM Abdullah Badawi mengatakan kebijakan semacam itu menimbulkan budaya ketergantungan sektor bisnis di Malaysia pada pemerintah.
Lebih lanjut Mahathir mengatakan, perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang terbukti tidak terlalu menguntungkan buat Malaysia. "Dalam perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang, Malaysia akan mengimpor barang-barang jadi seperti mobil dan motor, sebaliknya, kita akan mengekspor sayuran dan buah-buahan, padahal kita bukan produsen besar untuk sayuran dan buah-buahan. Lihatlah, perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang tidak menguntungkan kita," paparnya. Meskipun Jepang adalah salah satu negara yang menjadi partener dagang terbesar dengan Malaysia setelah AS, dan salah investor terbesar di Malaysia.
Malaysia menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang pada akhir Desember lalu, dan saat ini sedang memulai pembicaraan kesepakatan yang sama dengan Australi, Selandia Baru dan Pakistan. (ln/iol)